Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Dia, yang Memanggil Saya dengan Sebutan Bunda

6 Februari 2021   07:46 Diperbarui: 6 Februari 2021   07:53 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Abdul Azis/dokpri

Dia mengomentari status WA saya tanggal 26 Januari 2021. Saat itu saya sudah masuk rumah sakit untuk isolasi dan perawatan karena terpapar Covid-19. "Cepat sembuh bunda," ujarnya. Saya langsung  mengutarakan bahwa saya tidak bisa ikut lomba bersamanya. Karena tidak konsentrasi dan lebih fokus dalam masa isolasi. Setelah itu, saya tidak komunikasi lagi. Sampai tanggal 5 Februari 2021, mendapat kabar Abdul Azis berpulang.

Abdul Azis pernah memberi saya puisi berjudul "Sepasang Merpati Tua' dan juga membacakan puisi yang saya tulis untuk Inspirasiana berjudul "Bumi dan Nirwana".

Sepasang Merpati Tua

Teruntuk Ibu Fatmi Sunarya
Maaf jika kurang menariknya puisi ini, karena saya yang masih belajar dan terus belajar.
Semoga diterima dengan baik ya bu.
_______________
SEPASANG MERPATI TUA

Kita adalah sepasang merpati dalam kisah mengupas bola mata
Duka telah mengental dalam darah merona kepiluan
Lama nian kita tak menggangkasa mengantar pesan pada angin peneduh jiwa
Sayap- sayap rindu seolah lengket dalam kepakan cinta

Walau jasad bersemanyam dalam sangkar baja,
tapi jiwa bebas merayap mengisah alur
Menerawang kemana suka tanpa bentangan menghadang kasih
Perihal engkau sejatinya sang petualang
Telapak kaki mengambang di atas cerita tanpa tokoh sebagai pelakon hidup

Dibalik jeruji mungil berkotak persegi,
kita sulam kisah dengan mata sendu melukis cinta
Aku adalah penjantan tangguh berkeruk-koar dalam sangkar asmara
Memuji caramu berlenggang agar kau tertunduk malu dalam aura kesenduan dalam semesta

Tawuran asmara menjauh dalam tataran cinta beraroma rindu
Ikrar telah menjerat kita dalam menguburkan setiap silap yang menyilapkan
Kita adalah sepasang merpati tua
Bercinta mesra dalam batas suci membentangkan literasi

Separuh mata dipicingkan seolah ini permaianan jiwa
Bersama dalam duka merawat kesetiaan pada masa tak pasti
Hanya maut yang tidak mampu kita usir dari lembaran cerita senja
Jika sangkar hidup dicakar sang elang langit, kemana jiwa kugadaikan

Jika kau dipanggil pulang menuruni waktu menepati janji
Aku akan terbang secepat kilat melacak harumnya wangi tubuhmu
Kususur jiwamu menembus aras, karena ku tak mampu menulis cerita hidup tanpa adamu.


Kediri, 24 September 2020
Buah Karya: Abdul Azis Le Putra Marsyah

Selamat jalan Le, semoga husnul khotimah. Bahagia bertemu bapak dan ibu yang menunggu di surga. Kami hanya bisa mengirimimu doa. Alfatihah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun