Kau sebenarnya tahu, perempuan pembosan itu bernama aku
Menunggu, menunggu
Namun untukmu, tak ada kata jera dalam menunggu
Lihatlah, kursi kosong masih setia
Menanti kopi dan kita
Hanya sekedar bercerita
Tentang sebuah romansa
Kursi, meja bahkan pohon pinus yang melingkari
Akan lapuk, tua dan pergi
Begitu juga akan kita yang akan mati
Tapi kisah tetap akan tertinggal disini
Gelak masih tersimpan pada air terjun mengalir
Tawa terngiang pada angin berdesir
Tangis? Telah hanyut dibawa hujan berbulir-bulir
Sebuah puisi pun sudah didengar bunga lili
Kapan kita duduk berdua lagi?
Hanya Tuhan, takdir yang akan memberi jalan untuk kembali
FS, 19 Desember 2020