Perempuan sunyi menyibak tirai jendela
Seperti ada kilatan cahaya
Ah, hanya petir yang marah tiba-tiba
Malam begitu menakutkan baginya
Adakah tempat persembunyian abadi?
Tak hendak memandang gulita mengintimidasi
Atau adakah yang sudi menemani
Jelang terang menghampiri?
Perempuan sunyi mulai menghitung bintang
Satu, dua, sepuluh hingga seribu berharap kantuk datang
Mata bulat kosong, jiwa melayang
Menikmati sepi yang berdentang
Tak peduli ketokan pintu bertalu-talu
Mereka hanya ingin menambah warna kelabu
Mengelabui, menawarkan fatamorgana palsu
Perempuan sunyi menikmati kemerdekaan tanpa belenggu
FS, 25 November 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H