Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rimba Tinggal Nama

30 Oktober 2020   05:44 Diperbarui: 30 Oktober 2020   05:45 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suara mesin senso, suara kematian yang berteriak girang
Menebas kepala, tangan, kaki batang demi batang
Diam, tak bisa melawan
Walau berdiri gagah tak punya kekuatan

Wahai angin, beri daya
Biarkan diri ini rebah menimpa mereka
Wahai hujan, hujani bumi dengan dahsyat
Banjir, tanah longsor hadiah buat Si keparat

Rimbo Ganea, sebuah rimba sedang sekarat
Batang demi batang telah berubah kerat demi kerat
Rimba tak tersisa, tinggal nama
Mereka menghabisi, tanpa kembali menanaminya

Dengar tangisan rimba penuh kesedihan
Yang tertiup pada semesta dalam kesendirian
Kami dimatikan oleh keserakahan
Manusia-manusia tak berhati, dipenuhi rasa haus dan kelaparan

FS, 30 Oktober 2020

*Rimbo Ganea, sebuatan rimba alami dalam Bahasa Kerinci

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun