Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jiwa yang Kemarau

15 Desember 2019   21:50 Diperbarui: 15 Desember 2019   21:54 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artist Aan Arif, The Last Land/2018

Pemuda kurus lusuh sudah berganti penampilan kini
Gemuk, parlente dan wangi
Cita-cita atau dendamkah?
Entahlah....

Kala itu, semua orang meneriakinya miskin dan papa
Direndahkan membuatnya bangkit dengan gila
Bertarung dengan segala cara
Tak seorangpun boleh menghina

Kutempuh cara hitam agar putih dimata mereka
Walau penuh coreng moreng dosa
Aku tak ingin bersama derita
Dalam gelimang harta, aku tertawa

Tapi kenapa aku tetap merasa sulit dalam susah?
Rasa haus serta puas yang tak sudah
Dunia hanya sesaat membuat silau
Keluh si kaya dalam jiwa yang kemarau

Sungai Penuh, 15 Desember 2019
@fatmisunarya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun