Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sesal Sang Fakir

12 Desember 2019   20:30 Diperbarui: 12 Desember 2019   20:31 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://www.shutterstock.com

Sebo hitam dilempar ke muka
Kau ikut operasi kami malam ini
Kupegangi sebo hingga berkeringat dingin dengan mata berkaca
Haruskah aku menceburkan diri?

Pikiran di antara dilema
Sedari kecil Ibu mengajari takut dengan Tuhan
Sementara istriku lagi bertarung nyawa
Dalam sakit tanpa sepeser uang

Buruh bangunan dengan gaji harian
Tak ada yang mau meminjami uang barang sedikit
Rumah sakit menolak tanpa uang jaminan
Istriku masih menunggu dalam derita penyakit

Mengendap dalam pekat malam
Seluruh badan gemetar ketakutan
Ya Tuhan, seumur hidup baru kali ini aku mencuri
Dalam bayang, kulihat diriku bak setan

Maling!! Maling!! Habisi dan bakar, teriakan terasa dekat ditelinga
Kuberlari sekuat tenaga, mengenggam tas berisi uang
Namun sia-sia, dirumah kudapati istriku telah tiada

Kulempar semua uang dalam selokan
Siapa yang ingin kusalahkan?
Rumah sakit? Orang-orang yang tak punya belas kasih?
Tidak, Aku hanya menyesali diriku yang fakir

Sungai Penuh, 12-12-2019
@fatmisunarya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun