Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Petak Sawah Terakhir

1 November 2019   11:55 Diperbarui: 1 November 2019   14:05 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artist : Sudjana Kerton, Panen 1990

Kulihat seorang Petani Tua tersenyum renyah
Peluh mengalir tak membuatnya lelah
Menggarap sepetak sawah ditengah himpitan bangunan menjulang
Rumah gubuknya tampak jomplang

Sampai mati tanah ini tak kujual
Walau mereka tawar dengan harga mahal
Ini warisan nenek moyang
Hidupku dari dan untuk tanah ini, janji tetap kupegang

Hasil dari sawahmu tak seberapa makelar licik merayu
Memang, aku tak peduli itu
Mencium bau tanah ini sudah membuatku senang
Mencangkulinya membuatku riang

Lihatlah disini tempat berkicau dan bermain burung-burung
Ayam-ayam bercanda dengan cacing
Mereka butuh tempat berpadang

Kau tak akan bisa merasakan yang kurasakan
Karena batinmu tlah gersang
Yang kau pikir hanya uang
Kau lupa mengisi batinmu dengan kebahagian

Sungai Penuh, 31 Oktober 2019
@fatmisunarya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun