Mereka menyebut kami buruh wanita
Iya, kami memang mengais rezeki dari memburuh
Pulang dikala petang, bersiap diwaktu subuh
Mengejar upah demi keluarga
Wanita sosialita mungkin sibuk berkaca menyetel gaya
Memikirkan busana warna apa dipakai hari ini
Sementara kami dipabrik tekstil sibuk mencampur warna
Sambil memikirkan apa cukup belanja hari ini
Kami diam, bekerja dalam pasrah
Tak banyak protes, suara kami tak berharga
Kami tak punya nyali seperti Marsinah
Kami tlah kehilangan Sang Pembela
Kami hanya punya dunia segaris
Antara rumah dan pabrik yang dilakoni setiap hari
Menua ditempat berteduh yang tiris
Tanpa pensiun ataupun asuransi
Kadang kami lemah serta letih
Kami akan mati perlahan
Oleh penyakit yang puluhan tahun diacuhkan
Karena kami tak punya uang berlebih
Sungai Penuh, 28 Oktober 2019
@fatmisunarya
Aku bersuara untukMU.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H