Kala masih sebagai bayi merah
Aku hanya bisa menatap seorang perempuan muda
Yang berlinang air mata
Yang menciumku beribu kali
Kemudian meninggalkanku dilorong sebuah panti
Batin masih ingat parasmu wahai ibu
Kau pergi meninggalkan tangis
Menjerit keras sampai suaraku habis Â
Membangunkan penghuni panti
Yang berteriak takjub
Alangkah cantiknya bayi perempuan ini
Kini kala beranjak remaja
Jantungku selalu bergetar
Tiap hari melihat seorang perempuan yang mengintip di balik pagar
Menatap, membisu dan pergi begitu saja
Sudah seminggu tak kulihat perempuan itu lagi
Ada rasa rindu yang tersimpan direlung hati
Mulai menyusuri jejak langkah
Dan mengantarku ke sebuah rumah
Dia terbaring sakit dan sendiriÂ
Kugenggam dinginnya jemariÂ
Batinku bertanya, apa benar engkau ibuku?Â
Iya, engkau adalah anakkuÂ
Kudengar gaung ditelingaÂ
Maafkan aku nak, kudengar suaranya untuk pertama kaliÂ
Dosa membawaku dalam derita seperti iniÂ
Aku tak ingin kau ikut didalamnyaÂ
Ini Ibu lakukan agar kau bahagiaÂ
Â
Kami berpelukan dalam tangisÂ
Raganya terasa dingin tiba-tibaÂ
Dia sudah pergi dan tersenyum manisÂ
Ibu...ibu...ibu.. aku mencintaimu dan bahagia bisa berjumpaÂ
Jeritan sang bayi terulang kembaliÂ
Sungai Penuh, 17 Oktober 2019
@fatmisunarya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H