Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Nasib Penjual Balon Kini

13 Oktober 2019   16:45 Diperbarui: 13 Oktober 2019   16:46 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kaki bersandal lusuh mengayuh sepeda
Perutnya kembang kempis menahan lapar
Terik matahari membakar wajah tua yang lelah

Dulu, bocah-bocah menungguku dengan wajah ceria
Hidup mereka berwarna seperti balon yang kujajakan
Mereka berlari memegang balon yang diikat seutas benang
Balon berwarna warni itu tertawa diudara
Kadang seorang bocah menangis sedih kala benang lepas dari genggaman

Sekarang, tak seorang bocahpun memanggil namaku
Mereka asyik menatap benda mati yang bernama smartphone
Yang lain mungkin lagi tidur di warnet
Anak-anak tak tertarik lagi dengan mainan kampung
Mereka asyik bermain game menghabiskan usia muda
Hidup mereka terhipnotis sia-sia

Lalu, sudahkah kau makan Pak Tua?
Belum, aku masih menunggu seorang pembeli
Mungkin mereka masih punya belas kasih
Mohon Pak Tua dengan lirih

Sungai Penuh, 13 Oktober 2019
@fatmisunarya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun