Kaki bersandal lusuh mengayuh sepeda
Perutnya kembang kempis menahan lapar
Terik matahari membakar wajah tua yang lelah
Dulu, bocah-bocah menungguku dengan wajah ceria
Hidup mereka berwarna seperti balon yang kujajakan
Mereka berlari memegang balon yang diikat seutas benang
Balon berwarna warni itu tertawa diudara
Kadang seorang bocah menangis sedih kala benang lepas dari genggaman
Sekarang, tak seorang bocahpun memanggil namaku
Mereka asyik menatap benda mati yang bernama smartphone
Yang lain mungkin lagi tidur di warnet
Anak-anak tak tertarik lagi dengan mainan kampung
Mereka asyik bermain game menghabiskan usia muda
Hidup mereka terhipnotis sia-sia
Lalu, sudahkah kau makan Pak Tua?
Belum, aku masih menunggu seorang pembeli
Mungkin mereka masih punya belas kasih
Mohon Pak Tua dengan lirih
Sungai Penuh, 13 Oktober 2019
@fatmisunarya