Mohon tunggu...
MARITA RESTYANI
MARITA RESTYANI Mohon Tunggu... Wiraswasta - mahasiswa s1 Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah IBNU SINA

Marita Restyani, 23 tahun Lahir di Malang tepatnya sebuah desa kecil yang berada di kecamatan Ampelgading pada 08 maret 2000.Menghabiskan masa remajanya di Ponpes Alkhoirot Malang .Lulus MA mendedikasikan dirinya dengan mengabdi sebagai pengajar Madrasah Diniyah Alkhoirot dan Pengajar Madrasah Tsanawiyah Alkhoirot selama kurang lebih 3,5 tahun.Saat ini ia meneruskan S1-nya di STIT IBNU SINA Kepanjen - Malang, mengambil program Study Pendidikan Agama Islam. Di Pondok Pesantren Alkhoirot ia bertemu dengan para masyayikh dan guru yang dengan keikhlasannya mengajarkan ilmu hidup dan ilmu akhirat. Alkhoirot juga mengajarkan sebuah mantra sederhana “ Aku hafal aku lupa, aku tulis aku ingat, aku lakukan aku bisa.”. Selain menjadi Mahasiswa ia juga aktif menulis artikel- artikel sederhana di media kompasiana dan blog pribadi juga menjadi salah satu kontributor media Alkhoirot Putri . Tulisan adalah cara saya untuk mengungkapkan diri, memahami dunia, dan berkontribusi pada perbincangan global. Saya berharap bahwa tulisan-tulisan saya dapat membawa inspirasi dan refleksi kepada pembaca, serta mendorong mereka untuk berpikir lebih dalam tentang hal-hal yang penting dalam hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Meneladani Tragedi Karbala

26 Juli 2023   09:05 Diperbarui: 26 Juli 2023   09:14 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Ahlulbayt documentaries youtube channel (https://www.youtube.com/watch?v=K86iXR4338Y)

Perang Karbala juga menunjukkan betapa pentingnya keadilan dalam kepemimpinan dan berperan sebagai prinsip utama dalam hidup. Imam Husain menolak untuk mengakui kekuasaan yang zalim dan menegaskan pentingnya berdiri di pihak kebenaran. Tindakan dan sikapnya mencerminkan keberanian untuk menghadapi ketidakadilan dan kesewenang-wenangan, bahkan jika itu berarti harus mengorbankan nyawa.

Kesetiaan pada Nilai-nilai Mulia

Dalam perang Karbala, kesetiaan menjadi tema yang kuat. Imam Husain dan para pengikutnya tetap setia pada ajaran Islam dan nilai-nilai mulia yang diyakini mereka. Meskipun berhadapan dengan ancaman besar, mereka tidak pernah melupakan tujuan mulia mereka dalam menghadapi kesulitan. Kesetiaan ini mencakup kesetiaan pada Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, dan prinsip-prinsip agama Islam yang mengajarkan cinta dan perdamaian.

Kesimpulan

Perang Karbala merupakan peristiwa bersejarah yang mengajarkan banyak pelajaran berharga untuk kita semua. Tragedi ini menunjukkan nilai-nilai kesabaran, keadilan, dan kesetiaan yang patut untuk kita teladani dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengenang perang Karbala, kita diingatkan untuk berani berdiri di pihak kebenaran, tidak takut menghadapi cobaan hidup, dan selalu setia pada nilai-nilai mulia yang kita yakini. Musibah yang menimpa Sayyid Husain ra merupakan syahid yang menunjukkan penambahan kemuliaan dan derajat disiNya serta kepergiannya menyusul derajat tinggi ahlu bait.

Imam Al-Ghazali berpesan agar kita menjauhi cara-cara dan bid'ah kelompok Rafidhah dalam mengenang peristiwa 10 Muharram di Karbala, yaitu meratap, menangis, atau bahkan melukai diri karena itu bukan akhlak orang yang beriman. Seandainya cara-cara itu disyariatkan, niscaya hari kematian Rasulullah saw lebih layak diperingati demikian. (Al-Ghazali, 2019 M/1440 H: 312).

Semoga kita bisa mengambil hikmah dari peristiwa tragis ini dan mengaplikasikannya dalam kehidupan kita agar menjadi individu yang lebih sabar, adil, dan setia pada nilai-nilai kebenaran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun