Bahagia dengan Kebaikan
Oleh Marita Restyani
"Barangsiapa yang berbuat kebaikan (sebesar biji dzarrah), niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang berbuat kejahatan (sebesar biji dzarrah), niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula" . QS. Az-Zalzalah: 7-8
Setiap orang bisa mengapresiasi kebaikan. Namun, ketika harus menjelaskan mengapa kita melakukannya, ada dua alasan yang bertolak belakang. Beberapa orang berpikir, kebaikan adalah suatu hal penuh cinta dan kepedulian yang dilakukan tanpa sadar. Sementara, yang lainnya beranggapan, kebaikan menjadi alat untuk mendapatkan manfaat dan kepopuleran.
Meski begitu, penelitian menunjukkan bahwa berbuat baik pada orang lain, benar-benar membuat kita bahagia.
Salah satu contoh berbuat baik adalah bisa membuat orang lain tersenyum. Jika kita melihat senyum mereka secara langsung, kita pun bisa ikut bahagia. Anda mungkin pernah ikut tertawa hanya karena orang-orang di sekitar Anda melakukan hal tersebut. Berbuat baik membuka banyak kemungkinan baru dan mengembangkan hubungan sosial dengan orang lain. Kebanyakan orang senang jika mengetahui dirinya termasuk orang yang baik. Jadi, tindakan kebaikan membantu kita menunjukkan identitas positif dan bangga dengan diri sendiri.
Mengukir lembaran hidup dengan tinta kebaikan, itulah yang diharapkan. Setiap kebaikan yang kita tebarkan akan mekar dan berkembang menjadi benih bunga kebaikan-kebaikan lain. Satu kebaikan dibayar oleh Allah dengan sepuluh kebaikan (QS. Al-An'am: 160). Sepuluh kebaikan itu bisa saja terus bertambah menjadi kabaikan-kebaikan lain sampai tidak dapat terhitung.
Namun begitu, jangan pernah berharap balasan kebaikan dari kebaikan yang kita perbuat kepada orang lain. Bahkan jangan kaget kalau orang yang kita berbuat baik kepadanya, malah membalas dengan keburukan. Hal semacam ini banyak terjadi di sekitar kita. Ada ungkapan bahwa 'kacang lupa akan kulitnya'. Ada sebagian orang yang melupakan jasa orang yang telah membantu kesulitannya. Setelah hidupnya tenang dan mapan, seolah-olah tidak pernah ditolong sebelumnya.
Itu adalah tantangan dari kebaikan, sekaligus ujian keikhlasan bagi orang yang berbuat baik. Allah ingin melihat ketulusannya dalam membantu orang lain. Itu akan kelihatan manakala ia sama sekali tidak menuntut untuk balas jasa atau balas budi kepada orang yang dibantunya.
Resiko lain yang mungkin diperoleh orang yang berbuat baik adalah tidak disukai. Jangan anggap kebaikan yang kita lakukan mendapat respon positif dari orang sekitar kita. Mungkin malah sebaliknya, mereka tidak menyukai kebaikan yang kita lakukan. Entah merasa tersaingi, mencurigai kita cari popularitas, atau mungkin menganggap apa yang kita lakukan sebenarnya bukanlah apa-apa.
Begitu memang nyatanya, berbuat baik saja toh masih ada yang tidak suka, lalu bagaimana kalau kita berbuat jahat, menjadi dalang perpecahan, tidak mau mengakui keunggulan orang lain, selalu mencari celah