KEBAHAGIAAN dan kenyamanan menjadi seorang eksekutif di perusahaan asing di luar negeri, tiba-tiba saja terusik dan berubah. Tujuh tahun, 1987-1994, menjadi Pramugari sebuah penerbangan Saudi Arabia dan kemudian dikontrak menjadi  Kru Haji  di Garuda selama 3 bulan. Akhirnya resigned demi  mengurus perusahaan biro travelnya sendiri. Semua dilalui Su'ud Basalamah dengan rasa syukur yang dalam. Secara finansial, ia tak memiliki problem ketika ingin membeli apapun yang dia inginkan.
Tahun 2008 ia pindah ke Netherland. Mukim di  Negeri  Kincir Angin itu selama lima tahun. Qadarullah... baru satu tahun di sana, dia mendapat  ujian berat.  Kiranya gelagat susah buang air kecil yang dia sering rasa merupakan gejala Hyper Bladder Pain Syndrome alias Interciteit Cystitaat Klasiek (IC). Bahasa awamnya, Infeksi Saluran Kemih. Kasus ini di Eropa terhitung jarang dan langka. Selama lima tahun berobat di rumah sakit OHVG di Holland, bukannya sembuh malah makin parah. Keluar masuk rumah sakit dengan melakukan berbagai tes dan perawatan.  Hingga masa stay lima tahun habis, ia tak mengalami perkembangan yang memuaskan sementara biaya perawatan sudah tak terhitung.
Tahun 2013 keluhannya makin terasa parah. Pernah, ia harus buang air kecil hingga 20-50 kali sehari. Karena masa stay sudah habis, ia memutuskan untuk balik ke Jakarta. Melanjutkan berobat di RS Pelni untuk kalibrasi, di Medistra untuk biopsi. Ketika berobat di RSCM Kencana, ia disarankan untuk melakukan injeksi botox di Singapura. Tak cuma itu, sambil ia tetap melakukan pengobatan dan konsultasi dengan Dokter Spesialis dan Profesor handal di RS Premier Jatinegara, ia pun menjalani berbagai tes lagi yang intinya supaya bisa meminimalisir rasa sakit, nyeri dan menghindari berbagai kontraksi yang menyakitkan. Selama pengobatan itu, ia merasakan sakit di tubuh yang sangat luar biasa dan menyiksa. Keringat dingin bisa bercucuran dengan rasa yang sangat tak nyaman. Dokter Anestesi  menyarankan melakukan tindakan blokir area sakit dengan mematikan saraf di sekitar panggul bagian bokong belakang dengan biaya 15 juta x 3 tindakan. Setelah itu, dilanjutkan pula dengan ikhtiar lain berupa radioterapi dengan biaya suntikan 16 juta x 2 tindakan. Dua tindakan itu dilakukan dalam sehari. Biaya dengan rawat inap di RS Asri Siloam Duren Tiga itu totalitas 35 jut
Hitungan nominal yang telah dikeluarkan untuk sakitnya memang sudah berderet-deret digitnya. Apalagi saat itu perempuan kelahiran Jakarta, 4 Juni 1958 ini melanjutkan konsultasijutangan seorang Dokter Spesialis ternama di Jalan Malang, kawasan Menteng yang melakukan treatment suntikan setiap hari selama hampir 200 kali dengan biaya 1,2 juta per injeksi. Sayangnya, qadarullah... begitu banyak suntikan dan tindakan, namun kesembuhan belum juga menjadi takdirnya.Â
Hingga akhirnya, dua tahun lalu, seorang Dokter Spesialis Urologi menyarankan padanya untuk suntik stem cell. Sayangnya, biayanya sangat tinggi sekali, lebih dari 100 juta per tindakan. Qadarullah, pada saat yang sama, Allah mempertemukannya dengan seorang Konsultan produk stem cell made in New Zealand. "Saya jalani terapinya selama tiga bulan. Alhamdulillah... setelah mencoba produk stem cell, keluhan selama 9 tahun menjadi kelinci percobaan para Dokter... teratasi sudah. Saya sembuh biidznillah," ungkap Su'ud dengan  mata sedikit berkaca. "Saya bersyukur mendapat mukjizat ini sehingga saya bisa kembali beraktifitas seolah tak pernah sakit. Bahkan sekarang saya menjadi merasa lebih muda daripada dulu. I feel like I am reborn."
Berkaca dari pengalamannya inilah Su'ud Basalamah yang alumnus LPK Sekeretaris Tarakanita ini berusaha  membagi pengalamannya demi memberi semangat pada siapapun yang sedang sakit. Bahwa Allah selalu menyertakan obat bagi setiap sakit yang kita hadapi. Dan segala sesuatu memang terjadi bi idznillah. Masyaa Allah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H