Entah apa yang sedang  kawan fikirkan. Diam tanpa kata, Menikmati gawai yang berkedip kedip tak tau apa yang mesti di tuliskan.  Sekedar like artikel kesukaan, Streaming channel hobi kalian, Atau hanya sekedar lihat lihat story mantan.
Hayoo kalian masuk yang mana? Menjadi penulis atau masuk komunitas menulis bukan sekedar ketawa-ketiwi seperti di komunitas reunian. Asik brnostalgia masa-masa SMA. tapi ada hal yang mesti dikumpulkan untuk terus berusaha dan bergerak belajar.
Coba ingat-ingat! kemana semangat ketika pertama gabung dala sebuah komunitas menulis? Kemana?
Menulis itu tentang mencoba dan berusaha. semua ide dalam kepala namun, ketika kita malas untuk eksekusi maka cerita kita hanya menjadi omong kosong belaka.
Kritikan meluncur sudah biasa. Disinilah kita banyak belajar dari kesalahan. Kapan lagi kalau bukan sekarang. Malu menuliskan, Sungguh saya merasakan mereka luar biasa hebat. Bagaimana tidak, merinci kata demi kata tanpa terlewat. Rapi, teeratur dan bisa mengaduk berbagai rasa.
Malas menulis menjadi tambatan ketika kita malu untuk belajar menuangkan ide sebisa kita. terkadang kita terjebak ide keren orang lain dan minder dengan tulisan kita yang baru alakadarnya.
Namun ketika dihempas malu. Habis sudah imajinasi tertahan pada monito tanpa tau kapan akan memencet tombol kirim. Boleh lah sekali kali nostalgia. Tapi ingat, yang ditunggu mentor kita adalah karya. Karya yang lahir dari jemari kita.
Masih teringat jelas pesan guru kita di sekolah. Siapapun kita kelak ia akan bangga dengan keuksesan kita. Nah kita sudah disini dan belum bergerak? Cepat panggil "TEKAD". Semakin lambat lari kita memanggil maka semakin lama kita memulai menulis.
Nulis itu gak repot. Contoh : Ketik aja dulu pagiku tiada duanya. Apalagi coba. Kopi panas dan singkong rebus sudah menanti di beranda rumah. Kepulan asap kopi beradu dengan aroma nikmat dari singkong yang tak kalah kuatnya.
Pertemuan aroma kuat dari kopi dan singkong mengggodaku untuk segera menyesap. Menahan gerak sosok riang super aktif yang menggelayut manja sepagi ini di pundakdemi kopi hitamku.
Cium sayang berulang didaratkan gadis kecilku dimana  saja ia suka. Kening, dagu, pipi, mata, telinga tak bisa luput sepagi ini.
Stop.stop.....! Ah gitu juga saya bisa! Yakin?
Kalau kalian bisa, cepat panggil pulang "TEKAD". Tanpa ia kalian tak kan kemana mana. tulisan kalian tidak segera berbentuk cerita sederhana.
Mengapa? Karena "TEKAD" yang akan mengantarkan kita menjadi kehendak kita. Meski kita tidak boleh lupa ALLAH lah yang menentukan segalanya. Panggil "TEKAD" segera. Mulailah merajut mimpi. Tulis sebisa kalian. Jangan menunggu sempurna.
Sisakan ruang membaca untuk mengumpulkan makna dan ide kalian. Seberapa kaya bahan bacaan kalian? Cek saja seberapa sulit kita menuangkan ide kita. Semakin banyak membaca berbanding dengan  seberapa jeli kita menuangkan ide dalam tulisan.
Ketika "TEKAD" menulis tiba, songsong segera dengan ide yang kalian punya. Buat skala prioritas sebesar harapan kita. Sambut ia dengan gegap gempita. Buat ruang khusus untuk merawat "TEKAD".Â
Ketika "TEKAD" pulang! Tantang dengan impian besar kalian. MENJADI PENULIS KEREN. Tidak ada yang salah bukan?
Ane kasih tau ye. Ane ni orang kampung yang belagu. Mimpi ane jadi penulis terkenal. Macam Cahyadi Takariawan boleh juga. Atau Tere Liye. Eh Bisa juga Salim A. Fillah
Gak cocok lu pakai ane ane kayak orang Jakarta. Wajah tak bisa menipu Aslinya Jawa gambut. Orang jawa medok yang tinggal di Kalimantan. Hehehee. Darimana kita berasal boleh kan kita "BERTEKAD" Menjadi "PENULIS KEREN"? Sah-sah saja kita bermimpi menjadi PENULIS KEREN.
So.... ingat kembali!
Menjadi penulislah "TEKAD" kita berkumpul disini. Ada sajak-sajak menggoda dari banyak ide di luar sana. Ketika "TEKAD" tertidur cepat, bangunkan dari mimpi-mimpinya. Ajak ia beradu tatap seberapa jauh kita akan dibawa. Cepat tanyakan, Jangan tunggu ia tidur kembali.
Ketika "TEKAD" ternyata telah pergi. Cepat panggil ia pulang kembali. Kembali kepangkuan kita. Kembali dalam ruang yang berbeda. Ajak ia bercanda. Ajak ia bernostalgia sejenak. Sebelum akhirnya Tanyakan! Akan kemana tujuan kalian akan bermuara.
Panggil pulang "TEKAD". Karena kunci utama melaawan kemalasan dalam menulis adalah mengembalikan tekad untuk belajar. Tekad untuk mencoba, dan semua tekad yang menjadikan kita bisa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H