Mohon tunggu...
Fatchur Edukasi
Fatchur Edukasi Mohon Tunggu... Guru - Setiap Hembusan nafas menancapkan pembelajaran.

Hilir mudik kehidupan menjadikan semakin dewasa sebelum saatnya. Namun bukan berarti kita tua sebelum waktunya. Namun matang dalam pola berfikir merupakan tempaan yang tidak pernah tertandinggi karena proses yang sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Cara Menghidari Takut Salah Menulis

10 Agustus 2020   08:48 Diperbarui: 10 Agustus 2020   08:56 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kapan menjejak langkah pertama?

Menunggu. Sanggupkah kalian menunggu untuk memulai? Apa yang kalian tunggu?

Apakah kalian menunggu semua ide yang kalian punya sudah tertuang oleh tulisan orang lain? Pasti tidak bukan?

Pernahkah terbesit, kok materi yang mau ditulis mirip ya dengan postingan ini, itu dan lain-lain? Sudahlah ganti topik aja.

Stop! Jangan gegabah. Gegabah untuk berhenti berkarya. Bagaimana tidak, ketika kita berhenti karena karya orang lain yang mirip mirip dengan kita.

Sudahlah kawan jangan terlalu merenungi apa yang saya bisa. Saya tidak bisa. Tidak ada ide. MULAI Saja.

Kan materi yang mau ditulis sama. Bagaimana bisa menjadi tulisan yang berbeda.

Narasi sederhana.

Ketika kalian akan mendaki gunung, ketahuilah sudah ratusan bahkan ribuan yang mendaki gunung tujuan kalian. Tanyakan alasan menagapa kalian ingin tetap mendaki?

Jawab menurut kalian!

Pasti beragam bukan. Karena diajak kawan, tertarik dengan sunsetnya, karena itu menantang, karena gunung tertinggi, karena mau nembak pacar kalian, atau karena ingin dekat dengan Alam.

Setiap masalah yang kita hadapi dalam menulis sejatinya ide sudah ada. Namun mengembangkan menjadi tulisan yang menarik yang membuat kita ragu.

Ide boleh sama, namun bisa jadi narasi yang berbeda ketika kita menggunakan sudut pandang sang pendaki yang beragam. Janganlah patah semangat.

Gunung yang sama akan menghasilkan beragam cerita yang berbeda bukan?

Oh iya ya... tapi aku masih ragu nuliskannya. Terus gimana?

Ketahuilah. Banyak sudah penulis hebat diluar sana. Bermain narasi dengan hebatnya.

Pernahkah kita bertanya bagaimana semua bermula?

Sungguh kita tidak akan tahu perjuangan mereka ketika kita tidak bertanya. Namun ketika mereka bercerita betapa susahnya dimasa itu, kita akan tau berapa hebatnya mereka memulai berkarya.

Sudahlah kita mulai saja. Tapaki perlahan setiap kesalahan dalam menulis. Sisakan ruang untuk mengedit.

Ah, saya tidak ada waktu. Eits... waktu kita 24 jam kawan. Semua manusia dimuka bumi waktunya 24 jam.

Menulis status ini tak lebih dari 10 menit. Bagaimana saya pun memulai harus dari huruf pertama. Kata pertama. Kalimat pertama. Semua harus dimulai.

Ngomongnya mudah. Prakteknya susah. Ya bener bener susah ketika kita berhenti dikata susah.

Mulai saja kawan. Mulai dari hal sederhana bagaiamana sudah banyak diajarkan. Tuangkan dalam tulisan sederhana seperti pagi ini saya tuliskan.

Gak dibaca orang! Namanya aja masih latihan

Gak ada yang like! Kan tulisan kita juga masih biasa biasa aja.

Nah yang ditunggu oleh kita itu kritikan bukan pujian.

Ketika orang lain membaca dan memberi masukan disitu kita belajar. Bahwa cara menulis kita mesti ada yang diperbaiki.

Seandainya dipuji sampaikan dalam hati kita masih banyak dan perlu belajar pada siapa saja yang memuji kita.

Sudahlah kawan. Tantang diri kita untuk maju kedepan. Menulis semampu kita, belajar sesudahnya.

Karena semua jejak petualang dimulai dari langkah pertama.

Salam literasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun