Tengoklah sejenak gawai kita.
Bagian mana yang tidak dapat kita jelajah? Sudut kota kita? Bisa kita pantau dari Google Maps saat ini juga.
Kesulitan membuat Kue kesukaan? Ataukah kesulitan menggunakan aplikasi atau lainnya? Klik saja di mesin pencari otomatis yang kita bawa kemana-mana. Â Solusi mengular tinggal memilih yang mana.
Ia selalu ada di dalam gawai kita. Hendak mencari apapun ada solusinya. Seolah kita saat ini yang paling tahu  karena sedikit banyak mengandalkan mesin pencari untuk mencaari solusi.Â
Gelombang perubahan sudah merambah pada berbagai sendi kehidupan. Tak luput pula pergerakan perubahan pada ruang tempat belajar. Bukan lagi berbatas dinding 8 x 9 meter yang mengelilingi kita. Riuh saling sahut kelas dengan teman sebangku saat ini tergantikan dengan motion di grup sosial media.
Saat ini ruang bebas bisa dimanfaatkan sebagai kelas. Tepi danau bisa menjadi kelas, di kaki bukit nan menyejukkan mata bisa menjadi kelas Meja kerja di rumah bisa menjadi kelas. Bahkan di kamar saja kita sudah bisa masuk kedalam sebuah kelas tanpa batas.Â
Pandemi yang belum memiliki ujung pangkalnya menumbuhkan geliat baru yaitu percepatan teknologi. Kelas Online dibuka dengan beragam jenisnya. Kelas presntasi, kelas belajar ngaji, kelas belajar menulis puisi, bahkan Cooking Class pun ada.
Kelas Online menjamur bak waralaba yang sedang naik daun. Betapa tidak, Cooking Class saat ini tidak harus di dapur. Di kasurpun sudah bisa menikmati rangkaian cara cooking class dengan beraneka ragam Cheff yang ada. Hebat Bukan?Â
Akhir Ramadhan menjelang ramadhan, berbagai kelas Online kue kering wara-wiri di Wall media sosial. Menawarkan sajian makanan menggoda yang bisa diolah dari rumah. Tanpa harus kemana. Kita bisa menyulap tempat di mana saja kita untuk menjadi ruang kelas kita sendiri.
Narasi positif dengan semakin menggeliatnya media sosial sudah biasa. Kali ini kita akan mengupas 5 kelemahan kelas tanpa batas.
1. Usia