Gaya hidup YOLO (You Only Live Once) sekarang ini bisa terbilang sebagai fenomena yang sudah mendunia pada generasi muda, termasuk pada generasi muda di Indonesia. Istilah YOLO sendiri biasa digunakan untuk mendorong individu untuk bisa menikmati hidupnya tanpa menunda-nunda. Dapat berdampak kompleks bagi perilaku serta keputusan finansial generasi muda. Artikel ini setidaknya akan membahas sedikit bagaimana generasi muda mengadopsi gaya hidup YOLO serta implikasinya terhadap kehidupannya.
Adopsi Gaya Hidup YOLO oleh Generasi Muda
Saat ini, generasi muda yang biasa disebut Gen Z dan milenial, sering mendapati budaya konsumsi berlebihan serta tekanan sosial yang berasal dari media sosial. Seringkali, gaya hidup yang dinamakan YOLO ini mendorong mereka untuk nekat mengambil risiko untuk menikmati setiap momen. Berdasarkan survei, lebih dari 78% populasi generasi muda di Indonesia mengaku pernah melakukan judi online, mereka berpikir bahwa keberuntungan dapat mengubah nasib merek. Fenomena inilah yang menunjukkan desakan untuk terlihat sukses dan mengikuti tren yang dianggap menarik oleh mereka.
Pengaruh Media Sosial
Filosofi dari YOLO ini banyak ditemukan di media sosial, sehingga media sosial dapat dikatakan berperan penting dalam hal ini. Pada berbagai jenis media sosial, terpampang banyak sekali konten yang memperlihatkan gaya hidup anak muda yang glamor, sehingga tak sedikit generasi muda dari kalangan Gen Z maupun Millenial yang ini mengikuti jejak tersebut. Mereka, generasi muda, seringkali mengikuti gaya hidup seperti itu dengan menghabiskan uang untuk pengalaman yang pendek dan instan seperti berlibur, makan di restoran mewah, atau bahkan membeli barang-barang mewah hanya demi mendapatkan "likes" atau bahkan sekadar pengakuan dari masyarakat.
Implikasi Gaya Hidup YOLO
Meskipun gaya hidup YOLO sendiri dianggap bisa memberikan kebebasan dan kesenangan, beberapa implikasi negatif nya juga perlu diperhatikan:
- Keuangan yang tidak stabil
Dampak yang paling signifikan adalah keunangan. Ketidakstabilan keuangan ini berakibat karena gaya hidup mewah yang dilakukan secara impulsif tanpa mempertimbangkan hari besok ataupun masa depan. Otoritas Jasa Keuangan mengatakan bahwa banyak milenial yang tidak menabung atau investasi dengan bijak, sehingga mereka mendapati kesulitan keuangan di kemudian hari. Kebiasaan inilah yang juga dapat membuat generasi muda dapat terlilit utang, hingga meningkatkan penggunaan pinjaman online hanya demi gaya hidup saja.
- Kesehatan Mental
Gaya hidup YOLO ini dapat dibilang berfokus pada kesenangan pendek dan instan yang bahkan dapat menjadi akibat dari masalah kesehatan mental generasi muda. Terkadang banyak dari mereka yang masih merasa belum puas dengan kehidupan yang mereka jalani jika masih belum terlibat pada aktivitas yang mereka anggap "keren". Hal tersebut bisa saja memicu atau berdampak pada kecemasan serta depresi ketika mereka merasa terasing atau bahkan tersaingi dari teman-temannya yang sudah mencapai hal yang mereka anggap "keren".
- Kurangnya Perencanaan Masa Depan
Dengan mereka fokus pada kesenangan instan, banyak dari mereka, generasi muda, yang kehilangan fokus untuk mencapai atau bahkan hanya sekadar merencanakan masa depan yang lebih baik. Mereka bahkan gagal untuk menetapkan tujuan mereka untuk jangka panjang nantinya, dan mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan mereka pada saat ini. Karena tanpa perencanaan yang baik, peluang mencapai kesuksesan dimasa depan bisa hilang begitu saja.