Mohon tunggu...
Fatata Riska Afrisa
Fatata Riska Afrisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa di IAIN Ponorogo jurusan PGMI saya memiliki minat dalam dunia pendidikan. Cita-cita saya adalah menjadi guru profesional yang dapat membentuk generasi dimasa mendatang yang berkompeten. Pengalaman saya adalah pernah mengikuti magang 1 di MI Ma'arif Cekok. Saya menyukai dunia literasi. Saya mulai menulis di website kompasiana atas saran dari dosen saya.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Praktik Sekolah Berbasis Gender dan Inklusi Sosial

14 Mei 2024   21:51 Diperbarui: 14 Mei 2024   21:58 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Sekolah berbasis gender sosial dan inklusi adalah pendekatan pendidikan yang menekankan pentingnya kesetaraan gender dan inklusi bagi semua siswa, tanpa memandang latar belakang, kemampuan, atau identitas mereka. Konsep ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang adil dan merata, di mana setiap individu dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi mereka.

Di sekolah yang berbasis gender sosial, kurikulum dan metode pengajaran dirancang untuk menghindari bias gender. Misalnya, pelajaran sains dan matematika disampaikan sedemikian rupa sehingga menarik bagi semua siswa, bukan hanya yang tradisional dianggap "lebih cocok" untuk anak laki-laki. Guru juga dilatih untuk mengenali dan mengatasi stereotip gender dalam interaksi sehari-hari di kelas, sehingga semua siswa merasa didukung dan termotivasi.

Inklusi di sekolah tidak hanya berarti menerima siswa dengan berbagai latar belakang, tetapi juga memberikan dukungan yang dibutuhkan agar mereka berhasil. Ini melibatkan adaptasi kurikulum, penggunaan teknologi bantu, serta strategi pengajaran yang beragam untuk memenuhi kebutuhan belajar setiap individu. Di sekolah inklusif, keberagaman dianggap sebagai kekuatan yang memperkaya pengalaman belajar bagi semua.

Salah satu contoh nyata dari implementasi sekolah berbasis gender sosial dan inklusi adalah program mentoring dan kegiatan ekstrakurikuler yang dirancang untuk memberdayakan siswa dari semua gender dan latar belakang. Program ini mencakup pelatihan kepemimpinan bagi siswi, serta kelompok dukungan bagi siswa dengan kebutuhan khusus. Selain itu, sekolah sering kali bekerja sama dengan komunitas lokal dan organisasi non-profit untuk menyediakan sumber daya tambahan dan peluang pembelajaran bagi siswa yang membutuhkan.

Pendekatan ini tidak hanya bermanfaat bagi siswa secara individu, tetapi juga berdampak positif pada masyarakat luas. Dengan mempromosikan kesetaraan gender dan inklusi sejak dini, sekolah membantu menciptakan generasi muda yang lebih toleran, adil, dan siap menghadapi tantangan global dengan perspektif yang lebih luas. Dalam jangka panjang, pendidikan berbasis gender sosial dan inklusi berpotensi mengurangi ketidaksetaraan sosial dan ekonomi, serta membangun masyarakat yang lebih harmonis dan berkelanjutan.

Kesimpulannya, sekolah berbasis gender sosial dan inklusi bukan hanya sebuah idealisme, tetapi sebuah keharusan untuk masa depan yang lebih baik. Dengan komitmen dari semua pihak—guru, siswa, orang tua, dan komunitas—pendidikan dapat menjadi alat yang kuat untuk perubahan positif, mengatasi ketidakadilan, dan memberikan kesempatan yang sama bagi semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun