Mohon tunggu...
Fatata Riska Afrisa
Fatata Riska Afrisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa di IAIN Ponorogo jurusan PGMI saya memiliki minat dalam dunia pendidikan. Cita-cita saya adalah menjadi guru profesional yang dapat membentuk generasi dimasa mendatang yang berkompeten. Pengalaman saya adalah pernah mengikuti magang 1 di MI Ma'arif Cekok. Saya menyukai dunia literasi. Saya mulai menulis di website kompasiana atas saran dari dosen saya.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Tolak Stereotip Gender dalam Pemilihan Karir

10 Mei 2024   18:43 Diperbarui: 10 Mei 2024   18:47 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Stereotip gender telah lama menjadi penghalang dalam pemilihan karir yang bebas dari diskriminasi. Ketika seseorang mencoba memilih jalur karir, sering kali ia dihadapkan pada harapan dan pandangan stereotip yang mendasar pada jenis kelaminnya. Hal ini dapat mengarah pada pembatasan yang tidak seharusnya dalam mengejar impian profesional seseorang. Selain itu, stereotip gender dalam pemilihan karir juga dapat menghambat potensi individu.

Pentingnya menolak stereotip gender dalam pemilihan karir menjadi semakin jelas karena masyarakat semakin berupaya mencapai kesetaraan gender. Sebagian besar stereotip ini berkembang pada usia dini dan terus dipertahankan sepanjang kehidupan. Anak perempuan dan laki-laki diperkenalkan dengan peran-peran yang dianggap "sesuai" dengan jenis kelamin mereka, yang dapat mengikat mereka dalam batas-batas tertentu begitu mereka memasuki dunia kerja.

Contoh kasusnya jika seorang anak perempuan yang bercita-cita menjadi insinyur atau teknisi komputer mungkin menghadapi stereotip gender yang membatasi ketika dia tumbuh dewasa. Misalnya, dia mungkin mendapati bahwa orang tua atau lingkungannya secara tidak sadar mendorongnya untuk memilih profesi yang dianggap "lebih sesuai" dengan jenis kelaminnya, seperti menjadi guru atau perawat. 

Di sisi lain, anak laki-laki yang tertarik pada seni atau musik mungkin juga menghadapi tekanan serupa untuk mengikuti jalur yang dianggap "maskulin" seperti menjadi insinyur atau dokter.  Stereotip ini dapat mempengaruhi persepsi anak-anak tentang kemampuan mereka sendiri dan membatasi pilihan karir mereka.

Untuk mengatasi stereotip ini, salah satu hal yang penting adalah peran pendidikan dan kesadaran masyarakat perlu ditingkatkan. Sekolah dan lembaga pendidikan harus berperan aktif dalam mengajarkan kesetaraan gender dan mempromosikan keragaman dalam pilihan karir. Guru dan orangtua juga harus berperan dalam memberikan contoh yang menginspirasi, menghapus batasan-batasan yang tidak perlu.

Melalui upaya bersama untuk menolak stereotip gender dalam pemilihan karir, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih adil dan inklusif bagi semua individu. Setiap orang harus memiliki kebebasan untuk mengejar impian mereka tanpa dibatasi oleh pandangan yang sempit tentang apa yang "seharusnya" berdasarkan jenis kelamin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun