“Cinta itu anugerah, yang tak mungkin mudah ku melepaskannya....” begitu kira-kira bunyi lirik lagu “Saat Kau Jauh” dari band ST12. Salah satu lagu penghibur orang-orang yang sedang kasmaran. Persoalan cinta memang selalu menjadi topik yang tidak bisa lenyap dari obrolan-obrolan umat manusia. Apakah karena cinta itu bagian dari fitrah manusia? Kalau iya, kenapa masih banyak orang yang tidak merasakan hangatnya cinta?
Persoalannya terletak pada bagaimana cinta itu bisa hadir dan tumbuh dalam kehidupan kita. Cinta ibarat semut dan manusia adalah gulanya. Cinta hanya akan datang ketika kita melakukan beragam aktivitas yang bisa mengundang kedatangannya. Tapi, adakalanya gula yang manis tidak diserbu oleh semut-semut. Demikian dengan kita dan cinta.
Apa yang tertulis pada lirik lagu di atas, sejalan dengan salah satu pandangan bahwa cinta itu anugerah, ia tidak bisa dibuat-buat atau dipaksakan kehadirannya. Pandangan itu muncul dari seorang, yang kita sebut sebagai pakar cinta, yaitu Anthony de Mello (4 September 1931-2 Juni 1987). Dia adalah seorang pemuka agama dari Ordo Jesuit asal India.
Selain pemuka agama, ia juga seorang psikoterapi yang sering mengadakan retret rohani dan menulis tema-tema spiritualitas. Tak heran jika kekuatan religiusitas dan spiritualitas melekat pada diri Anthony de Mello, barangkali karena India (tempat kelahirannya) adalah pusat spiritual terbesar di dunia.
Perjalanan hidupnya bukan tanpa masalah, ia pernah mendapat kecaman dari Vatikan karena pemikirannya dianggap bertentangan dengan ajaran Gereja Katolik. Paradigma pemikirannya yang cukup kontroversial bagi ajaran Katolik bisa jadi karena kuatnya nuansa esoteris ketimuran dalam memaknai ajaran Yesus.
Terlepas dari kecaman pihak gereja tersebut, buah pemikiran Anthony de Mello masih dapat dinikmati melalui karya-karyanya yang tersebar luas. Sebut saja “Awareness”, “The Way to Love”, dan “Call to Love” adalah sebagian karya yang mengangkat tema spiritualitas dan cinta.
Terkait cinta dan spiritualitas, ia beranggapan bahwa hati manusia yang dipenuhi dengan cinta kasih adalah kuatnya kepekaan terhadap semua proses dalam kehidupan. Tidak ada satu proses hidup yang dilewatkan, kecuali kita peka, menikmati, dan menyukainya dengan tulus.
Seseorang yang diselimuti dengan cinta kasih tidak akan pilih-pilih, mana bagian hidupnya yang ia cintai dan mana bagian lain dari hidupnya yang ia benci. Semua harus dijalani dan diterima dengan cinta kasih. Termasuk dalam beragama, kekuatan cinta kasih adalah faktor yang menjadi penilaian, apakah seseorang itu religius atau tidak.
Karakter Cinta
Karakteristik cinta yang kuat dan baik laksana sebuah pohon. Menjulang tinggi dengan akar yang kuat, memiliki daun yang rindang dan banyak buahnya. Banyak orang yang ingin menebangnya, tapi si pohon tak pernah merobohkan dirinya karena suatu amarah. Orang-orang mengambil buahnya, tanpa pernah memberi apa pun kepadanya. Sesekali orang-orang ikut berteduh, datang dan pergi sesuka hatinya.