Mohon tunggu...
Fata Azmi
Fata Azmi Mohon Tunggu... Guru - Belajar, Berlilmu, Bermanfaat

Guru Sekolah Dasar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sebelum Retak dan Berserak

20 Mei 2019   21:06 Diperbarui: 20 Mei 2019   21:31 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang akan kau katakan jika hari esok tidak lagi menawarkan canda dan tawa, mustahilkah, tentu tidak. Jika situasi kalang kabut seperti saat ini hanya ditepuktangani dan narasi demi narasi diciptakan untuk tujuan memperkeruh suasana ditambah banyak yang terbawa arus dan lupa arah jalan pulang.

Tidak ada satupun derita yang layak untuk dinikmati dan ditertawakan oleh manusia yang berakal sehat, menjadi ironi ketika tujuan baik dilakukan dengan cara yang kontra produktif dan cendrung destruktif, dikatakan demikian karena syarat sesuatu menjadi baik setidaknya melewati fase niat, proses, hasil dan efek yang baik pula kurang dari itu kebaikan hanya sebatas kata pemanis belaka.

Perlu dipikirkan kembali dengan seksama bagi mereka yang hendak mewujudkan ambisi pribadi dan golongannya bahwa hari ini, esok dan seterusnya masih akan ada anak-anak kecil, bayi yang baru dan akan lahir, para pemuda yang memiliki masa depan mereka semua berhak merasakan indahnya hidup, cerianya rasa kemanusiaan dan manisnya dekapan cinta yang harus diwariskan dan disisakan bukan untuk dibumi hanguskan.

Penampakan yang menonjol hari ini seolah ada kamu dan dia yang hanya bermonolog dan berdebat kusir tanpa akhir. Dialog mati entah itu disengaja atau memang tidak pernah ada, para penonton dan pendengar dari kejauhan mulai gusar akan situasi demikian, sampai kapan ini berlangsung, tentu harus segera ditamatkan episode menjemukan ini.

Aku tidak bisa membayangkan jika rasa kemanusiaan perlahan terkikis dan lenyap, betapa teganya manusia hari ini jika sampai ada nyawa yang terenggut akibat keinginan sesaat, apa untuk yang kamu mau semua jalan menjadi sah dan mudah.

Refleksi bagi kita selaku penghuni bumi saat ini, sejarah mencatat setiap tindak kesewenang wenangan pasti ada konsekuensi yang akan diterima, ego sesaat pada saatnya akan dilibas oleh cinta akan kebenaran dan keadilan, Mengutip petuah Dr. Fahruddin Faiz  "Engkau mungkin bisa mengaburkan dan menutupi kebenaran, namun engkau tidak akan mampu membuat kebenaran berubah menjadi kesalahan, atau sebaliknya".

Jalan belum buntu, dari sini terlihat bingkai hanya miring tentu sangat bisa untuk diluruskan kembali, namun jika dibiarkan terlalu lama sangat mungkin akan jatuh dan menjadi retak, sebelum jatuh dan retak benarkan kembali posisi bingkai tersebut, jika ditanya siapa yang harus mengembalikan posisi bingkai tersebut seperti semula, jawabannya kita semua bertanggung jawab untuk itu, namun ada tapinya, apakah kamu dan dia masih mau bersama menjaga bingkai itu ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun