Manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya.[1] Diciptakan memiliki berbagai organ tubuh yang mempunyai fungsi tersendiri, untuk menghadapi segala bentuk permasalahan yang akan dihadapi oleh manusia. Karena pada hakikatnya manusia tidak terlepas dari masalah. Jika ada orang yang mengaku tidak mempunyai masalah, maka itulah masalahnya. Bahkan manusia itu sendiri menjadi masalah bagi manusia.[2]
Manusia merupakan makhluk individu sekaligus makhluk sosial, makhluk yang diciptakan oleh Tuhan dengan memiliki akal dan perasaan yang saling mengisi, menopang dan berjalan beriringan. Tersebab akal sehat pulalah, ketika manusia menjalani kehidupan, pasti memiliki tujuan.[3]Â Inilah yang menjadi salah satu pembeda, di mana manusia memiliki akal yang dapat memikirkan sesuatu yang ada dan atau yang terjadi di sekelilingnya. Lantas bagaimana manusia menyikapi semua perbedaan yang ada di sekitarnya?
Dewasa ini, terdapat banyak sekali perbincangan terkait permasalahan keragaman dan kesetaraan manusia di dalam masyarakat. Permasalahan ini sebenarnya sudah banyak dibahas oleh para ahli dan intelek pada bidangnya, baik di dalam ataupun di luar negri.Â
Isu keragaman dan kesetaraan manusia memang selalu menjadi topik yang menarik untuk diperbincangkan. Karena secara empiris memang banyak terjadi diskriminasi dan kesenjangan satu sama lain.Â
Menurut KBBI, keragaman berasal dari kata 'ragam' yang artinya macam atau jenis. Keragaman manusia berarti bermacam-macam manusia, baik itu ditinjau dari aspek ras, gender, suku, bangsa, agama maupun budaya. Keragaman tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang berbeda di setiap tempat, dan memang kita diciptakan dengan berbagai perbedaan guna saling mengenal.[4]
Keragaman di dalam masyarakat akan membuat setiap individu belajar menghargai perbedaan. Dalam suatu lingkup RT saja, mungkin bisa berbeda-beda ras bahkan sampai sifat dan watak. Di sinilah manusia bisa terdidik secara alami, bagaimana caranya memahami dan menghargai perbedaan.
Keragaman dan perbedaan bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Sebagai contoh, perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang memang secara genetik hampir tidak ada perbedaan antara keduanya, tetapi hakikatnya ada beberapa perbedaan dalam segi fisik maupun psikologis.[5] Perbedaan itulah yang membuat laki-laki dan perempuan saling melengkapi bukan malah dipertentangkan.
Berbicara perihal keragaman, tidak akan jauh dengan pembahasan kesetaraan. Karena di mana ada keragaman di dalam ruang lingkup masyarakat, pasti ingin adanya kesetaraan yang dijalankan di dalamnya.
Sedangkan kesetaraan menurut KBBI, mempunyai asal kata 'setara' yang berarti sejajar atau sama tingkatannya. Kesetaraan manusia yang banyak sekali digaungkan, kesetaraan yang tidak memandang suku, agama, ras, hingga gender. Karena yang membedakannya adalah tingkat ketakwaan kita kepada Sang Pencipta.[6]
Mayoritas orang yang menyuarakan kesetaraan tetapi alergi terhadap perbedaan.[7] Mereka ingin kesetaraan, tetapi lupa bahwa setiap orang itu berbeda. Mungkin memang benar kita harus setara dalam beberapa hal, tetapi tidak semua hal bisa disetarakan.
Pemahaman terhadap kesetaraan harus berjalan beriringan dengan pemahaman terhadap keragaman. Jika kita memisahkannya, maka tidak akan ada titik temu dalam kesetaraan sebagaimana yang diinginkan, dengan individu yang beragam latar belakang.
Dalam Islam, peran apapun yang dijalani oleh setiap individu, baik laki-laki atau perempuan, tua atau muda, kaya atau miskin meskipun berbeda pasti berujung pada kemuliaan dan surga yang sama.[8] Siapapun kita, kita tetap sama di mata Sang Pencipta.
Di samping kesetaraan, juga ada keadilan yang tidak bisa ditinggalkan. Sebab kesetaraan tanpa keadilan hanya akan menimbulkan banyak permasalahan. Maka dari itu kita perlu mengetahui sesuatu itu ditempatkan sudah pada tempatnya atau belum. Kesetaraan itu sudah pada tempat dan waktu yang pas atau tidak.
Keragaman adalah salah satu tanda kekuasaan Sang Pencipta yang Maha Adil. Karena jika tidak ada perbedaan dan keragaman dunia ini tidak akan berwarna. Tidak akan mungkin jika semua orang bercorak sama atau mempunyai pikiran yang sama, jika itu terjadi maka tidaklah adil.[9]
Perbedaan adalah suatu kesempurnaan , jika manusia itu sadar bahwa mereka saling membutuhkan. Seperti laki-laki dan perempuan yang berasal dari satu, jika salah satu nya ingin menyamai yang lain dan melawan fitrahnya, maka tidak akan bisa karena masing-masing mempunyai porsinya sendiri. Maka dari itu tidak semua keragaman bisa disetarakan. Yang bisa dilakukan disetiap keragaman hanyalah saling melengkapi bukan berkompetisi untuk menciptakan kesempurnaan.
[1] Q.S. At-Tin [95]:4.
[2] Saifuddin Anshari, Endang, Ilmu, Filsafat dan Agama, Edisi Revsi, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2009 hlm. 36.
[3] Khalidy Yusuf, D, Tentang Kejadian Manusia Menurut Agama Islam, Cetakan ke-1, Bandung; Marjan, 1993 hlm. 181.
[4] Q.S. Al-Hujurat [49]:13.
[5] Dinar Dewi Kania, dkk., Delusi Kesetaraan Gender, Cetakan  ke-2,  Jakarta: Yayasan Aila Indonesia, 2020 hlm. 127-133.
[6] Q.S. Al-Hujurat [49]:13.
[7] Shalahuddin, Henri, Indahnya Keserasian Gender Dalam Islam, Cetakan ke-1, Edisi II, Jakarta: INSISTS, 2020 hlm. xvii.
[8] Fahmi Zarkasyi, Hamid, Minhaj: Berislam, dari Ritual hingga Intelektual, Cetakan ke-2, Jakarta: INSISTS, 2021 hlm. 299.
[9] Hamka, Pelajaran Agama Islam, Cetakan ke-9, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1987 hlm. 356.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H