Mohon tunggu...
Fasya Islamiyati
Fasya Islamiyati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Man jadda wa jada

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Apa itu Sosiologi Keluarga dan Gender?

9 Februari 2022   20:10 Diperbarui: 9 Februari 2022   20:20 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dewasa ini media sosial menjadi sangat dekat dengan kehidupan masyarakat, tanpa mengenal lapisan sosial maupun tingkatan usia. Generasi-Z khususnya remaja menjadi orang yang paling lekat dengan media sosial. Hampir tidak ada hari yang dilewatkan tanpa bermain di media sosial. Pertanyaan seperti "udah berapa jam kamu bermain media sosial hari ini?" menjadi pertanyaan yang menyadarkan kita bahwa di era digital ini manusia tidak bisa lepas dari media sosial. Diantara media sosial yang digemari generasi muda ialah Twitter, Tiktok, Instagram, Youtube, dan beberapa media sosial lainnya. Tidak ada lagi sekat bagi manusia untuk saling berkomunikasi meskipun dengan jarak yang jauh. Setidaknya media sosial dapat menjadi pelepas rindu saat raga tak mampu bertemu.

Arus globalisasi yang semakin pesat telah membawa perubahan yang begitu dahsyat. Saat ini, peran media sosial tidak hanya menjadi media berkomunikasi, jauh dari itu, media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Menyentuh sendi-sendi kehidupan dan mempengaruhi perilaku masyarakat. Semua orang bebas berekspresi, berpendapat, apapun dapat diunggah dengan mudahnya pada media sosial. Tidak adanya penyaringan dalam media sosial, membuat semua orang memiliki kemungkinan untuk menemukan hal-hal yang positif maupun negatif. Remaja yang kerap kali belum dapat menyortir informasi dengan bijak bisa saja terpengaruh unggahan-unggahan yang tidak sesuai nilai dan norma yang dianut masyarakat. Oleh karena itu, peran kedua orang tua didalam keluarga menjadi sangat penting dalam mendampingi dan melakukan pengawasan terhadap sang anak agar lebih bijak dalam bermedia sosial.

Jika diperhatikan, seringkali kita melihat postingan-postingan yang menampilkan video seorang laki-laki bergaya seperti perempuan ataupun sebaliknya. Hal itu seolah telah menjadi hal yang lumrah ditemui pada media sosial. Selain itu, postingan yang berisi pendapat tentang "perempuan tidak lagi membutuhkan laki-laki" atau "laki-laki tidak membutuhkan perempuan" menjadi hal yang menarik perhatian. Isu-isu mengenai kesetaraan gender pun mulai bermunculan dan dapat dengan bebasnya ditemui pada berbagai media sosial. Mengapa bisa terjadi hal seperti ini dan apa yang sebenarnya terjadi pada generasi muda kita sekarang? Mengapa mereka mempersoalkan kesetaraan gender? Padahal semuanya telah sesuai porsinya masing-masing.

Indonesia merupakan negara yang berkiblat pada negara-negara bagian Timur dengan berbagai tradisi dan kontruksi sosial yang melekat didalamnya. Sudah seharusnya perempuan bersikap selayaknya perempuan, laki-laki bersikap layaknya laki-laki. Gender hanyalah sebuah perbedaan peran, bukan ajang kompetisi siapa yang lebih unggul diantara perempuan dan laki-laki. Bayangkan, bagimana jadinya dunia kelak jika manusia sudah tidak tertarik dengan lawan jenis? Populasi manusia menurun signifikan, kesenjangan sosial terjadi dimana-mana, dan tidak akan lagi kita temua anak kecil yang berlari menuju orang tuanya seraya berkata "Ayah, Ibu, aku datang" karena pernikahan sesama jenis tidak akan membuahkan si buah hati yang manis. Mari kita berhenti membayangkan, karena kita pasti tidak menginginkan hal itu terjadi. Lagi-lagi, peran kedua orang tua didalam keluarga menjadi sangat penting untuk memberikan pemahaman dan ketahanan diri kepada anak mengenai bagaimana cara mengenal dirinya, memahami perannya, dan bagimana seharusnya dia berperilaku dalam kehidupan masyarakat.

Berbicara mengenai keluarga dan gender, dalam rumpun ilmu sosial, terdapat disiplin ilmu yang secara khusus membahas mengenai interaksi didalam keluarga dan bagaimana seharusnya keluarga memberikan pemahaman mengenai gender kepada seorang anak, yaitu Sosiologi Keluarga dan Gender. Menurut seorang ahli, Salvicon dan Celis menyebutkan bahwa Sosiologi Keluarga adalah studi pengetahuan yang fokus pada kajian interaksi keluarga dalam perannya masing-masing, sehingga menimbulkan konsekuensi untuk mempertahankan kebudayaan melalui lembaga terkecil dalam masyarakat yaitu keluarga. Sedangkan Sosiologi Gender berbicara tentang konstruksi sosial gender, bagaimana gender berinteraksi dengan kekuatan sosial lain dalam masyarakat, dan bagaimana gender berhubungan dengan struktur sosial secara keseluruhan. Dengan demikian dapat dipahami bahwa Sosiologi Keluarga dan Gender berusaha menjelaskan bagaimana seharusnya orang tua didalam keluarga berperan dalam perkembangan seorang anak, bagaimana pengaruh interaksi didalam keluarga terhadap perilaku anak dalam kehidupan masyarakat, dan bagaimana peran keluarga dalam memberikan pemahaman kepada sang anak untuk memhami apa itu gender serta bagaimana menyikapinya.

Apakah kamu tau, mengapa kita perlu mempelajari Sosiologi Keluarga dan Gender, apa urgensinya?

Keluarga merupakan lembaga sosial yang paling dasar. Menurut Horton dan Hurt, keluarga ialah suatu kelompok yang mempunyai nenek moyang yang sama, kelompok kekerabatan yang disatukan oleh darah dan perkawinan, pasangan perkawinan dengan atau tanpa anak, pasangan tanpa nikah yang mempunyai anak, dan para anggota suatu komunitas yang biasanya ingin disebut sebagai keluarga. Namun, pada artikel ini kita hanya akan berfokus pada keluarga dalam arti memiliki ikatan darah atau ikatan perkawinan. Keluarga merupakan tempat belajar pertama bagi sang anak, yang mana peran seorang Ayah dan Ibu menjadi sangat penting dan berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Bagaimana seorang anak berkembang, tergantung pada bagaimana pola asuh orang tua yang diterapkan pada anaknya sejak dini. Interaksi dan sosialiasi yang baik didalam keluarga, maka akan membuat perkembangan anak menjadi baik pula. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk memberikan pemahaman dan melakukan pengawasan terhadap sang anak. Seorang anak perlu memahami dirinya siapa, bagaimana perannya, bagaimana dia seharusnya bersikap dalam masyarakat, dan semua itu tidak bisa terjadi begitu saja dapat pengertian dan pendampingan kedua orang tua. Oleh karena itu, mempelajari Sosiologi Keluarga dan Gender menjadi sangat penting untuk mewujudkan hal tersebut.

Mempelajari Sosiologi dan Gender dapat memberikan manfaat dalam kehihidupan bermasyarakat. Diantara manfaatnya ialah dapat memberikan arahan dalam membentuk maupun membina sebuah keluarga. Selain itu, dapat memberikan pola tindakan didalam sebuah keluarga yang dikaji dalam Sosiologi sehingga dengan adanya hal ini interaksi yang terjalin dalam keluarga dapat menciptakan sebuah keharmonisan dan meminimalisir bentuk penyimpangan sosial yang akan terjadi di masyarakat.

Mengingat pentingnya mempelajari Sosiologi Keluarga dan Gender, alangkah baiknya jika Sosiologi Keluarga dan Gender tidak hanya menjadi mata kuliah pokok pada suatu program studi tertentu, melainkan juga turut di sosialisasikan kepada masyarakat secara luas. Dalam hal ini, peran pemerintah, tokoh masyarakat, dan akademisi menjadi penting agar pemahaman mengenai hal ini dapat tersampaikan kepada masyarakat luas. Pemanfaatan media sosial sebagai media sosialisasi menjadi langkah efektif yang dapat ditempuh agar lebih menarik perhatian masyarakat, tentunya perlu dibingkai dengan video yang kreatif. Dengan demikian, pemahaman mengenai Sosiologi Keluarga dan Gender dapat menyentuh sendi-sendi kehidupan masyarakat dan dapat memberikan konstribusi besar pada perubahan sosial menuju arah yang lebih baik lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun