Mohon tunggu...
Fasya Hazhiyah
Fasya Hazhiyah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

saya gemar menyimak sesuatu entah itu kejadian ataupun suatu hal

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Di Balik Layar Kesetaraan Gender di Dunia Digital

27 September 2024   06:11 Diperbarui: 27 September 2024   06:20 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kesetaraan gender dalam bidang industri teknologi dan media digital memainkan peran penting dalam meningkatkan keikutsertaan, produktivitas, dan juga inovasi masa kini. Kesetaraan gender memungkinkan kontribusi yang seimbang antara perempuan dan laki-laki dalam proses pengembangan teknologi dan media digital, sehingga hal ini dapat memperluas perspektif serta solusi yang lebih beragam dalam menghadapi perkembangan di bidang industri teknologi dan media digital. Selain itu, kesetaraan gender juga dapat mengurangi kesenjangan digital. Dalam konteks ini perempuan lebih sering menghadapi hambatan akses dan kesempatan dalam bidang teknologi. Oleh karena itu, penting bagi suatu perusahaan ataupun organisasi untuk melibatkan perempuan dalam proses decision making, pengembangan produk, serta untuk mengkolaborasikan kebijakan yang mendukung kesetaraan gender, sehingga nantinya dapat menciptakan lingkungan yang kondusif dan berkelanjutan.


Saat ini, perempuan yang bekerja di bidang industri teknologi dan media digital sedang menghadapi berbagai macam tantangan yang cukup signifikan. Salah satu tantangan utama adalah kesenjangan digital, di mana perempuan sering kali menghadapi hambatan akses juga kesempatan dalam memperoleh pendidikan dan pelatihan perihal teknologi yang memadai. Sebaliknya, perempuan cenderung sering menghadapi diskriminasi dan stereotip gender yang dapat mengakibatkan terbatasnya karir serta kegagalan dalam mengembangkan profesionalitas mereka. Tidak hanya itu, saat ini bisa kita lihat bahwa perempuan sangat rentan menghadapi cyberbullying dan kejahatan siber lainnya, hal ini dapat mempengaruhi kualitas hidup dan keamanan mereka dalam mengakses dunia digital. Dengan demikian, perhatian yang serius terhadap isu-isu yang dihadapi perempuan di bidang ini sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan kerja yang adil, inklusif, dan berkelanjutan, sehingga dapat meningkatkan produktifitas, kreatifitas, dan kontribusi perempuan dalam pengembangan teknologi dan media digital.


Konten-konten baru yang tercipta membuka pandangan baru bagi masyarakat tentang bagaimana mereka memandang peran serta identitas suatu gender. Representasi gender bagi perempuan dalam media digital sering kali menunjukkan stereotip yang tidak sehat. Jika dilihat, masih banyak konten yang terkesan kurang adil. Suatu konten cenderung menggambarkan sosok perempuan sebagai pribadi yang lemah. Laki-laki digambarkan sebagai tokoh yang kuat, agresif, dan lebih dominan, sementara perempuan sering digambarkan sebagai objek seksual, pasif, dan bergantung kepada laki-laki. Stereotip inipun akhirnya menjadi faktor yang dapat membatasi kebebasan individu dalam memilih pekerjaan dan peran yang sesuai dengan kemampuan mereka. Contoh umum dari kasus di atas adalah, banyak profesi dianggap masyarakat sebagai pekerjaan yang lebih cocok untuk laki-laki dibandingkan dikerjakan oleh perempuan. Pemikiran seperti itu adalah contoh cara pandang masyarakat terhadap peran gender dalam pekerjaan. Perkembangan teknologi sendiri telah membawa dampak yang bisa dikatakan cukup bervariasi terhadap kesetaraan gender. Di satu sisi, teknologi telah memberikan kesempatan bagi perempuan untuk berpartisipasi lebih aktif dalam berbagai aspek kehidupan, seperti karir dan pendidikan. Namun, di sisi lain, teknologi juga telah menimbulkan tantangan baru seperti cyberbullying dan kesenjangan digital yang lebih kompleks dari sebelum adanya teknologi secanggih saat ini. Penting bagi setiap individu untuk memahami bagaimana perkembangan teknologi digital ini bisa memberikan impact yang baik bagi setiap gender. 

Studi kasus yang menarik adalah kasus pelecehan seksual terhadap perempuan di industri game yang terungkap beberapa tahun lalu menjadi sorotan banyak masyarakat. Banyak perempuan yang berhasil mengembangkan game berbagi pengalaman mereka mengalami pelecehan verbal, fisik, dan bahkan pemerkosaan dari rekan kerja ataupun atasan. Peristiwa ini mengungkap budaya toxic yang masih ada di dalam industri game. Perempuan sering kali dianggap sebagai minoritas dan tidak memiliki suara yang kuat, sehingga banyak laki-laki yang merasa halal saja untuk melakukan hal-hal tidak baik terhadap perempuan. Dalam upaya mengatasi masalah ini, industri game perlu melakukan perubahan yang menyeluruh. Hal seperti itu, akan membentuk mekanisme ilaporan yang aman bagi korban, memberikan pelatihan untuk mencegah hal tentang pelecehan kepada seluruh karyawan agar mereka tidak menjadi korban ataupun pelaku, serta meningkatkan andil perempuan dalam posisi kepemimpinan. Selain itu, menciptakan komunitas yang mendukung bagi perempuan dalam industri game juga sangat penting. 

Bahasan di atas menggaris bawahi pentingnya kesetaraan gender dalam industri teknologi dan media digital. Meskipun ada kemajuan, perempuan masih menghadapi tantangan signifikan seperti kesenjangan digital, diskriminasi, dan representasi gender
yang bersifat stereotip. Kondisi ini tidak hanya membatasi potensi perempuan, tetapi juga menghambat inovasi dan pertumbuhan industri secara keseluruhan. Studi kasus pelecehan seksual di industri game menyoroti masalah budaya kerja yang toxic dan perlunya perubahan yang dilakukan seksama. Dalam upaya mencapai kesetaraan gender yang lebih baik di bidang industri teknologi dan media digital, kita perlu bertindak bersama menggunakan beberapa solusi. Pertama, tingkatkan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya kesetaraan gender melalui edukasi dan kampanye yang lebih meluas. Kedua, perusahaan media digital harus berkomitmen untuk menciptakan konten yang adil dan mengikutsertakan setiap gender (bersifat inklusif), serta memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan dalam proses decision making. Ketiga, industri teknologi perlu melakukan perubahan budaya kerja untuk mencegah terjadinya pelecehan dan diskriminasi. Dengan bekerja sama, kita dapat menciptakan lingkungan kerja yang adil, produktif, dan berkelanjutan bagi semua masyarakat, baik laki-laki ataupun perempuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun