Mohon tunggu...
Fastabiqul Khairat
Fastabiqul Khairat Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa jurusan sastra Indonesia di universitas Andalas.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Mairiak Padi di Minangkabau

24 Juni 2022   22:44 Diperbarui: 24 Juni 2022   22:45 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

  Mairiak merupakan tradisi panen padi di Minangkabau yang sudah berlangsung sejak dahulu kala dan diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi. Pada masyarakat Minangkabau terkhususnya masyarakat Padang Lua, kabupaten Agam maiiriak di lakukan seacara bersama-sama dengan sanak saudara dan masyarakat sekitar tempat tinggal. Namun di daerah-daerah Minangkabau lainnya tradisi maiiriak juga dilakukan bersama-sama.

  Acara maiiriak padi di lakukan secaara bersama-sama baik yang mempunyai sawah sekeluarga atau di bantu oleh masyarakat sekitar.Sebelum mairiak padi di lakukan terlebih dahulu di lihat apakah padi sudah masak atau menguning secara merata agar padi menghasilkan beras yang baik.

  Biasanya padi di sabuk saat cuaca cerah, di lakukan secara bersama-sama pada siang hari baik laki-laki atau perempuan ikut melakukan manyabik padi. Padi yang sudah di sabuk di onggokan atau di tumpuk pada suatu tempat yang sudah diberi alas terpal dan dibuatkan tempat khusus atau lapangan di tengah sawah yang sedang di panen padinya.

  Acara maiiriak biasanya langsung dilakukan pada malam hari atau boleh juga pada esok siangnya. Biasanya yang maiiriak padi adalah laki-laki karena menggunakan tenaga yang kuat. Maiiriak dilakukan dengan cara menginjak sambil memilih  padi yang di letakkan diatas terpal menggunakan kaki serta batang bambu sebagai pegangan yang di berada di tengah-tengah tempat maiiriak dilaksanakan.

  Perempuan pada acara maiiriak berkerja memisahkan padi-padi yang sudah di iriak dari batang dan daunnya dengan cara mengibas-ngibaskan menggunakan tangan. Setiap acara manyabik maupun maiiriak bagi yang mempunyai acara atau yang memiliki sawah padi akan menyediakan minum kopi, gorengan dan buah-buahan untuk orang yang membantu manyabik dan maiiriak padi.

  Akhir acara maiiriak yaitu memisahkan padi yang berisi dan yang kosong dengan menggunakan mesin kipas padi. Lalu padi dimasukkan kedalam karung yang sudah disediakan dengan takaran dua setengah belek atau takaran padi yang terbuat dari kaleng petak besar. Dua setengah belek disebut orang juga satu karung. Setelah selesai padi di bawa pulang untuk disimpan sebelum dibawa ke dealer padi. Maka itulah yang disebut dengan tradisi Maiiriak padi.

  Tradisi Maiiriak padi juga memiliki manfaat sosial dalam masyarakat sebagai ajang mempererat tali persaudaraan antar masyarakat di Minangkabau. Sebab dalam tradisi Maiiriak padi inilah para masyarakat saling berkomunikasi karena pada hari lainnya Masyarakat sibuk dengan kegiatan sehari-hari lainnya.

  Pada saat ini tradisi Maiiriak padi masih berlangsung dan ada keberadaannya namun itu hanya tinggal sedikit sebab zaman semakin canggih dan alat pertanian semakin banyak. Contohnya saja dahulu orang membajak sawah dengan kerbau tetapi sekarang sudah ada mesin bajak. Begitu pula dengan maiiriak padi yang dahulu dilakukan secara manual dan tradisional sekarang para petani sudah memiliki mesin untuk maiiriak padi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun