Mohon tunggu...
Fasih Radiana
Fasih Radiana Mohon Tunggu... -

Kalimatku sederhana, hanya ingin berbagi cinta lewat sederet kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dalam Dekap Tuhan, Aku Meminta

23 Agustus 2012   08:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:25 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tuhan, aku ingin menembus kepekatan mega, yang angkuh hendak meledakkan getar amarah. Aku ingin menangkap kilau kedalaman sisa-sisa suara dalam batas senja. Izinkan aku saja yang menyeringai terluka, jangan mereka. Aku masih bisa tegar dalam sikap sempurna, meski tangisku pecah di batu. Tapi jangan biarkan mereka meminang air di sangkar mata, gantikan saja dengan selaksa tawa.

Aku merasakan kegaduhan yang begitu sepi. Aku tak sanggup melihat tubuhnya terguncang isak tangis yang gemetar. Aku tak mampu meraba denyut yang tak lagi rapi, berdesau dalam kesakitan. Aku tau Tuhan, ini bagian dari skenario drama yang berakhir bahagia. Tapi apa tak bisa aku saja yang tersayat oleh rasa? Cukup aku saja yang merasakan duka beruntun yang mengantarkan sembilu.

Jangan mereka, aku tak sanggup mendengar desir angin yang mengabarkan kesakitannya. Semegah fajar aku meminta, bersimpuh tertunduk dalam posisi jauh dari batas paling bawah. Aku lelah terlibat dalam debat, sekelumit baid doa ini rinduku pada setetes embun di pagi hari. Mungkin juga rinduMu berpeluh aku, menumpah ruahkan gelisah yang membuncah.

Sekelebat sunyi menyaksikan hening di sekeliling doa yang tersungging syahdu. Pilu bertalu, menyentuhkan ujungnya pada garis putus-putus, airmata pun tetes mengalir lewat celah-celah resah. Dan Tuhan aku masih memujamu, menghapus hitam yang tersebar. Karena setapak lagi tak berlampu, aku tak mampu. Aku gagap tanpa daya, tak bisa lagi mendistorsikan fakta. Nyata suaraku sudah serak parau, menyemburatkan retak di muka kaca jendela.

Tuhan, sejurus mataku sudah kehilangan arah pandang, dan aku memang hanya penyair kehidupan yang membasuh kisah lewat kata. Tapi ini doa teramat dalam, Tuhan. Doaku mencari muara, karna mulai lelah mengeja, rupanya aku mulai buta arah, hampa tujuan.

Aku masih yakin, masih percaya galur lekuk barisan anggun doaku pasti terengkuh keajaiban Tuhan.
http://fasihhradiana.blogspot.com
FOLLOW MY TWITTER!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun