Mohon tunggu...
Farzila Novia
Farzila Novia Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

perempuan Aceh yang sedang mencari kebenaran ilmu ..

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Dua Milenia

18 April 2011   14:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:40 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

There's a handwritten note pressed in the door of her screened in porch

Ada gerangan lebih diam dalam tegakmu sebelum 500 kata meluncur dalam ruang kosong
And I am sailing away recalling that day miles from shore
Sedemikian senja, satu bayangpun tak menjejaki. Hingga ia harus menunggu pusaran dunia berhenti sebentar untuk 2 senti senyuman saja. Bila belum pada waktunya, ia tak akan kembali walau seluruh ruang hati telah diteriaki berjuta rindu
She was still wearing white and robins egg blue, her grandmother's dress
Kau masih memakai label samar. Seujung kukupun belum tergambar!
When I left early this year, how I wound up here is anyone's guess
Adakah yang menerka seberapa lama ia tinggal? Entah. Bahkan ia menetap masih terlalu kaku untuk menjadi luruh.
When the new sites grow old and I start to feel cold I'll sail home again
Pada muara mana lagi kembali mengadu jika bukan di rumah Tuhan Segala.
Goodbye Brielle,only whispers can tell. Of the sweet dreams that we knew so well. I'll see you around our dear ocean town
Sampai jumpa, hingga 2 milenia berikutnya. Pada satu kota di ujung Eropa.
The frozen days we set ablaze. Sent me drifting away
Waktu lalu terasa beku hingga menjalar tulang. Pendar-pendar masih terkatung diam di atas kepala. Kapankah diam itu rubuh?
Like a butterfly, you floated by and now you're alone. I wish I knew when I'll be back again. So until then I wish you well, my dear Brielle
Sesaat lagi awan yang terlihat dulu akan berbeda. Pijakan lagi tak sama. Hanya bebatuan persinggahan dulu, dan pendar biru masih terbungkus rapi dalam benak seorang bodoh.
Strolling over the sand, cobblestone paths that wind through the trees. Breathing the sweet forest air makes a blue bird aware that she could be free
Orang bodoh itu hanya melebarkan jejalnya pada seluruh waktu yang pernah dilalui. Sesekali angin mencoba berdamai dengannya. Walau beburung di atas kepala dapat membaca pikirannya dengan petanda.
When the new sites grow old and I start to feel cold I'll sail home again
Bening-bening kaca minta keluar. Terkadang orang bodoh sekalipun sadar, bahwa ada suatu bagian darinya yang paling ia inginkan tak bisa dimiliki. Sekalipun masih berpijak di langit yang sama. Ia beranjak pulang ke rumah Tuhan Segala
Terinspirasi dari sini. Liriknya mengalami adaptasi dengan hidup saya. Sembari menulis, saya melihat video ini. Saya seperti berada pada stage yang sama dengan Ladya Cheryl. Ingin mengulang sesuatu pada tempat, momen dan waktu yang sama seperti yang pernah dirasakan pada waktu iti. Ada sesuatu yang menjalar ketika bertemu sesosok itu sepersekian detik lalu. Ketika ingin dirasakan kembali, otak normal tak bekerja dengan baik. Ia menunggu sesuatu yang mengkaitkan pada momen sepersekian detik itu tadi. Entah tempat, situasi bahkan waktu yang sama. Ia juga tau bahwa penantiannya tak pasti, namun ia sadar satu hal, ada bagian dalam hidupnya yang paling ia inginkan tak selamanya harus dimiliki. Terkadang hanya cukup dinikmati sepintas lalu saja. Kadang dunia hanya berputar pada tempat yang sama. Berpijak pada runtutan itu-itu saja. Berporos pada ketidakpastian dan kebanyakan hanya bersumber pada satu nama. Namun walau hanya sesaat dengan nama itu, ada beberapa bagian dari kelenjar otak tak bekerja maksimal. Sebagian minta dibuang, sebagian yang lain dibiarkan merambat. Apapun itu, Tuhan memberikan sesuatu dengan perencanaan rinci. Tuhan telah menulisakannya, kapan dua orang saling bertemu dan berpisah. Masing-masing sesuai proporsi. Tidak ada yang ditambah maupun dikurang. Untuk sebuah nama yang bersarang pada tubuh seseorang, semoga cepat sembuh. Senja telah menunggumu pada pijakan berbeda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun