Mohon tunggu...
Farwah fauzia
Farwah fauzia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Belajar Kok Merokok?

8 April 2016   17:41 Diperbarui: 8 April 2016   17:55 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="pict penelusuran di mbah google: dok www.menshealth.co.id/images/article/12/004/003/54/400/P"][/caption]Suatu hari, yang berjalan seperti biasanya seorang teman bertanya di grup WA kelas, perihal manis sekaligus pahitnya dunia merokok. Dengan polosnya dia bertanya “teman-teman mau nanya dong, nge-rokok itu salah atau ngga si? Atau nge-rokok itu bisa menyebabkan dosa ga? coz gue pengen belajar ngerokok.” Tulisnya di grup. 

Pertanyaan ini awalnya membuat dahiku semakin berkerut, kenapa harus belajar merokok? belajar menghisap tembakau yang merupakan tradisi awal suku Aztec, Maya dan Indian dari benua Amerika dan populer di Indonesia melalui kota kudus, Jawa tengah dengan kreteknya? Emang ga ada pembelajaran lain ya buat jadi bahan belajar selain merokok? Aku hanya ngangguk-angguk takzim. 


Tak berapa lama kemudian pertanyaan itu menimbulkan banyak reaksi dari jawaban teman-teman lainnya. Tentu teman-teman yang merokok banyak yang mendukung dengan mengatakan itu hak dia untuk merokok, lalu mengeluarkan beberapa dalil-dalilnya tentang asyiknya merokok. Beda lagi dengan teman-teman yang tidak suka merokok mereka akan mengeluarkan pendapat yang menolak alasan-alasan untuk tidak merokok dari mulai soal kesehatan dan akhirnya menyerempet pada agama yang akhirnya pertanyaan itu menjadi ladang diskusi yang kemudian berubah menjadi debat kusir. 

Kenapa jadi debat? Karena ada pro- kontra mengapa di tambah kusir?(jadi ingat, ketika lombat debat antar asrama di SMA pernah di tegur karena topik yang harusnya di bahas serius malah jadi guyonan dan berakhir menjadi sketsa komedi debat mendadak lalu sang juri menyimpulkan dengan kesal dia sudah membuang waktunya buat mendengarkan debat kusir seperti itu^^) Karena seenaknya ndewe tidak menunjukkan fakta kuat di lapangan dan terjadi ketimpangan yang mengakibatkan jika diteruskan akan menjadi polemik dan konflik serta arah permasalahan yang mulai kabur karena merembet kemana-mana jadi debat ini tidak pernah menemukan pemenangnya.


Setelah membahas hak dan kesehatan, mulailah merembet ke permasalahan agama. Di sini ada hal menarik ketika seorang teman yang merokok mengatakan “kalau rokok seandainya merusak diri dan di larang Tuhan toh banyak alim ulama kebanyakan merokok juga.” Tak lama kemudian teman yang Kontra membalas bahwa alim ulama yang seperti itu ngajinya kurang banyak padahal di (bungkus) rokok jelas ada peringatan bahaya merokok. Bagaimana seorang yang dikatakan alim bahkan ulama, ngajinya kurang banyak?


Pernyataan ini segera di sanggah teman yang pro dan menganggap temanku yang kontra itu ngeremehin banget alim ulama, dan melarang meremehkan para alim ulama tersebut karena menganggap orang yang di panggil alim ulama udah pasti ilmunya tinggi mana mungkin ngajinya kurang banyak ? Kemudian masih berlanjut, teman kontra menulis “Bagaimana orang yang tahu Tuhan tidak suka kerusakan, tetapi mereka tetap merusak bahkan membunuh diri mereka secara perlahan?”, lalu ia menambahkan, “memang kriteria orang alim tuh, kayak gimana?” tanyanya.
Tanpa berpikir panjang teman yang ingin belajar merokok menulis bahwa “orang alim itu yang shalat mulu, dan sujudnya lama”. (dalam hati, tinggal bekam aja ini jidat kalau nggak ketika shalat jedukin aja itu jidat ke lantai keras-keras sampai hitam entar bilang aja bekas sujud lama, biar dikatain juga orang alim ^^)


Pernyataan ini tentu langsung di sanggah teman yang kontra “kalau seperti itu bagaimana dengan kasus ulama atau kyai yang mencabuli santrinya? Mereka juga shalat kan?” kurang-lebih begitulah maksudnya dia. Perdebatan itu terus lanjut sampai mereka bosan membahasnya dan tidak bisa disampaikan secara rinci di sini karena apa yang terjadi adalah hal yang sering terjadi serta sering menjadi pokok bahasan dari rokok, mulai dari bahayanya, kenikmatannya, halal-haram dan lain-lain.


Selama diskusi-debat itu berlangsung aku hanya jadi silent reader seperti biasanya, membaca apa yang mereka tulis itu lebih seru daripada ikut-ikutan diskusi-debat. inilah hal yang membuat ku lebih tertarik. Kenapa? Karena dari membaca apa yang mereka tulis sama aja kita dengan membaca apa yang ada di pikiran dan sejauh mana mereka mengerti dan tahu permasalahan yang sedang didiskusikan alias kita tahu sedalam mana pengetahuan mereka. Dan walaupun ini hanya debat kusir tentunya yang dikatakan bukanlah hal serius tetapi dari sini aku bisa belajar mengaplikasikan teori-teori yang baru diajarkan dosen di kelas, lumayan sekalian asah pemahaman tentang teori tersebut.^^

 

Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk nge-judge, mencemarkan nama baik dan hal-hal yang membuat ketidaksukaan murni kesenangan semata untuk berbagi cerita.^^
Jakarta, 6 April 2016

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun