Mohon tunggu...
Faruq Abdul Quddus
Faruq Abdul Quddus Mohon Tunggu... Penulis - Direktur Fata Institute

Seorang Content Writer, Praktisi Dakwah Digital, Penggiat Studi Islam, Filsafat dan Bahasa. Suka Nulis, Ngoleksi Buku dan Traveling.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ibnu Sina di Mata Barat dan Kontribusinya terhadap Ilmu Pengetahuan

16 Juni 2023   17:51 Diperbarui: 16 Juni 2023   18:22 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandangan Barat terhadap Ibnu Sina dan sumbangsihnya terhadap keilmuan telah berubah seiring berjalannya waktu. Pada awalnya, ketika karya-karya Ibnu Sina diperkenalkan ke Eropa melalui terjemahan Latin pada Abad Pertengahan, ia sangat dihormati dan dianggap sebagai otoritas dalam bidang kedokteran dan filsafat. Namun, pada abad-abad berikutnya, dengan munculnya Renaisans dan Revolusi Ilmiah di Eropa, minat terhadap karya-karya Ibnu Sina dan cendekiawan Muslim lainnya mulai berkurang.

Selama Abad Pencerahan, ketika ilmu pengetahuan Eropa mengalami kemajuan pesat, para sarjana Barat mulai menolak otoritas dan pemikiran dari dunia Muslim, termasuk Ibnu Sina. Mereka lebih memilih kembali ke sumber-sumber Yunani klasik, seperti Aristoteles dan Galenus, dan mengabaikan kontribusi Muslim dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Namun, pada abad ke-19 dan ke-20, minat terhadap keilmuan Muslim, termasuk Ibnu Sina, mengalami kebangkitan di dunia Barat. Para orientalis dan cendekiawan Barat mulai mengakui pentingnya kontribusi ilmuan Muslim dalam pengembangan ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang kedokteran, matematika, astronomi, dan filsafat. Mereka mulai melakukan penelitian lebih mendalam tentang karya-karya Ibnu Sina dan menghargai kontribusinya.

Pada saat ini, Ibnu Sina dianggap sebagai salah satu tokoh terbesar dalam sejarah ilmu pengetahuan dan pemikiran, baik dalam tradisi Muslim maupun Barat. Karya-karyanya dihargai karena ketelitian, keberanian dalam berpikir, dan kemampuannya menggabungkan pemikiran Yunani klasik dengan tradisi ilmiah Muslim. Ibnu Sina diakui sebagai salah satu penemu dalam bidang kedokteran, serta seorang filosof yang berpengaruh dalam sejarah pemikiran.

Meskipun terdapat perubahan pandangan dari Barat terhadap Ibnu Sina dan keilmuannya, kesadaran akan kontribusinya semakin meningkat dalam dekade terakhir. Seiring dengan semakin meluasnya pemahaman tentang peradaban Muslim dan pengaruhnya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, karya-karya Ibnu Sina semakin dihargai dan diakui sebagai bagian penting dalam sejarah intelektual manusia.

KARYA DAN KONTRIBUSI

Ibnu Sina, yang juga dikenal sebagai Avicenna dalam tradisi Barat, adalah seorang filsuf, dokter, ilmuwan, dan cendekiawan Muslim terkenal yang hidup pada abad ke-10 dan ke-11. Ia dilahirkan pada tahun 980 di Afshona, Uzbekistan, dan meninggal pada tahun 1037 di Hamadan, Iran.Ibnu Sina memiliki kontribusi yang signifikan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang kedokteran dan filsafat.

Dalam Karya Medis, Ibnu Sina menulis sebuah ensiklopedia medis yang terkenal dengan nama "Kitab al-Qanun fi al-Tibb" (Kanon dalam Kedokteran). Karya ini berisi pengetahuan medis dari berbagai sumber klasik Yunani, Romawi, dan Persia. "Kitab al-Qanun fi al-Tibb" menjadi salah satu referensi utama dalam bidang kedokteran selama berabad-abad, dan dianggap sebagai salah satu karya medis terbesar dalam sejarah.

Ibnu Sina juga mengembangkan metode klinis yang terstruktur dan terdokumentasi dengan baik. Ia memperkenalkan konsep pengamatan, diagnosis, dan pengobatan yang berdasarkan pada observasi dan eksperimen. Pendekatan ini menjadi dasar bagi pengembangan ilmu kedokteran modern.

Dibidang lain seperti Filsafat dan Logika, Ibnu Sina juga dikenal sebagai seorang filsuf dan logika. Karyanya yang paling terkenal dalam bidang ini adalah "Kitab al-Shifa" (The Book of Healing) dan "Kitab al-Najat" (The Book of Salvation). Karya-karya ini membahas berbagai topik dalam filsafat, logika, metafisika, dan etika. Ia juga berkontribusi pada pengembangan logika formal dengan memperkenalkan konsep-konsep baru seperti "qiyas" (analogi) dan "istiqra" (deduksi).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun