Mohon tunggu...
Faruq Abdul Quddus
Faruq Abdul Quddus Mohon Tunggu... Penulis - Direktur Fata Institute

Seorang Content Writer, Praktisi Dakwah Digital, Penggiat Studi Islam, Filsafat dan Bahasa. Suka Nulis, Ngoleksi Buku dan Traveling.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Inti Pokok Kritik Al-Ghazali terhadap Filsuf Barat dalam Kitab "Tahafut al-Falasifah"

9 Juni 2023   07:05 Diperbarui: 9 Juni 2023   07:59 1564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Al-Ghazali juga menyoroti ketidaksesuaian antara pemikiran filsafat Yunani, terutama Aristoteles dan Neoplatonis, dengan ajaran Islam. Ia berpendapat bahwa beberapa konsep dan pandangan filsuf-filsuf Yunani bertentangan dengan keyakinan dan ajaran agama Islam. Salah satu contohnya adalah pandangan mereka tentang keabadian alam semesta, yang bertentangan dengan konsep penciptaan dan kekuasaan Tuhan.

Ia menentang pandangan bahwa alam semesta ini abadi dan bahwa segala sesuatu terjadi secara alami tanpa campur tangan Tuhan. Menurut Al-Ghazali, keyakinan ini bertentangan dengan ajaran Islam yang mengajarkan bahwa Tuhan adalah pencipta alam semesta dan mengatur segala sesuatu dalam kehidupan.

Al-Ghazali juga menolak argumen rasional para filsuf Yunani yang berusaha membuktikan keberadaan Tuhan melalui pemikiran dan logika semata. Ia berpendapat bahwa argumen-argumen semacam itu tidak mampu memberikan bukti pasti tentang Tuhan. Menurut Al-Ghazali, pengalaman spiritual dan wahyu merupakan sumber pengetahuan yang lebih valid tentang Tuhan.

Dalam kitab ini juga, Al-Ghazali mengkritik metode filsafat yang digunakan oleh para filsuf Barat atau Yunani. Ia berpendapat bahwa metode filsafat cenderung mengarah pada keraguan dan kebingungan, serta tidak mampu mencapai kebenaran mutlak. Menurutnya, pemikiran filosofis sering kali tidak konsisten dan tidak dapat dipertahankan secara logis.

Pandangan Al-Ghazali terhadap ilmu filsafat dan kritiknya terhadap filsuf Barat atau Yunani tercermin dalam upayanya untuk menegaskan pentingnya wahyu dan agama sebagai sumber pengetahuan yang lebih tinggi daripada akal semata. Ia menekankan bahwa iman dan pengalaman spiritual harus menjadi dasar bagi pemahaman yang mendalam tentang realitas dan kebenaran..

Dengan kontribusinya yang luar biasa dalam mempertahankan ajaran Islam dan memperkuat fondasi keagamaan, Imam Al-Ghazali dihormati dan dijuluki sebagai Hujjatul Islam. Gelar ini mencerminkan pengakuan terhadap ketokohan dan keberhasilan Al-Ghazali dalam memperjuangkan dan memperkuat nilai-nilai Islam.

.

Referensi:

Al-Ghazali. (1997). "The Incoherence of the Philosophers" (Tahafut al-Falasifah). Translated by Michael E. Marmura. Provo, Utah: Brigham Young University Press.

Griffel, F. (2009). Al-Ghazl's Philosophical Theology. Oxford University Press.

Rahman, F. (2006). "Al-Ghazali's Position on Philosophy and Philosophers." Journal of Islamic Research, 20(1), 37-50.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun