Ibnu Arabi, yang nama lengkapnya adalah Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Abdullah Hatimi at-Ta'i, merupakan seorang tokoh yang terkenal dalam sejarah perkembangan tasawuf dan filsafat islam. Selain menjadi seorang sufi, ia juga dikenal sebagai seorang filsuf, penyair dan penulis. Semasa hidupnya, Ibnu Arabi terkenal penulis yang cukup produktif, ia menulis hampir sekitar 850 karya, dan yang tersisa hanya 400 judul hingga sekarang ini.
Salah satu kutipan yang cukup menarik untuk kita renungi dari Ibnu Arabi "Manusia adalah kitab yang hidup. Setiap mata adalah huruf dalam kitab , dan setiap hati adalah baris dalam kitab ."
Dalam quotes ini, Ibnu Arabi melihat kehidupan sebagai sebuah perjalanan yang penuh dengan makna dan pelajaran. Ia menggambarkan manusia sebagai kitab yang hidup, yang berarti bahwa setiap individu memiliki cerita uniknya sendiri dan mengandung pengetahuan dan pengalaman yang berharga.
Analogi mata sebagai huruf dan hati sebagai baris menggambarkan pentingnya pengamatan dan introspeksi diri dalam kehidupan sehari-hari. Setiap pengalaman dan interaksi dengan dunia di sekitar kita adalah huruf-huruf yang membentuk cerita hidup kita. Dan hati kita, sebagai pusat pemikiran dan perasaan, adalah baris-baris yang menghubungkan pengalaman-pengalaman tersebut menjadi narasi yang utuh.
Artinya kita harus menjalani kehidupan dengan kesadaran dan refleksi. Setiap orang dan setiap pengalaman memiliki nilai dan pelajaran yang dapat kita petik, kita perlu melihat dunia dengan mata yang peka, menerima pengalaman dengan hati yang terbuka, dan belajar dari setiap situasi yang kita hadapi. Dengan demikian, kita dapat terus tumbuh dan berkembang sebagai manusia, menulis kisah hidup yang berarti dan bermakna.
Gagasan Kontroversial Ibnu 'Arabi
Salah satu gagasan Ibnu Arabi yang kontroversial dalam kalangan umat Islam adalah konsep wahdat al-wujud atau penggabungan eksistensi. Konsep ini menyatakan bahwa segala sesuatu di alam semesta adalah manifestasi dari Tuhan dan bahwa Tuhan ada di dalam segala sesuatu. Ibnu Arabi berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar eksis kecuali Tuhan, dan segala sesuatu yang kita lihat hanyalah manifestasi-Nya.
Pemahaman ini telah memicu perdebatan panjang dalam tradisi Islam. Beberapa kalangan mengkritik pandangan Ibnu Arabi ini karena dianggap berpotensi mengaburkan perbedaan antara Tuhan dan ciptaan-Nya, serta meminimalkan pentingnya ibadah dan ketaatan kepada Tuhan yang terpisah dari ciptaan-Nya.
Beberapa ulama dan teolog Islam menganggap pandangan Ibnu Arabi ini sebagai bentuk kesesatan atau bid'ah, karena dianggap bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam yang mengajarkan keesaan Tuhan dan pentingnya menjaga perbedaan antara pencipta dan ciptaan-Nya.Â
Meskipun demikian, ada juga kalangan yang memahami dan menerima konsep wahdat al-wujud dalam konteks mistik dan tasawuf, menganggapnya sebagai upaya untuk mencapai pemahaman yang mendalam tentang hubungan manusia dengan Tuhan.