Mohon tunggu...
Zainal Faruq
Zainal Faruq Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Aku adalah seorang yang ingin menjelajahi ilmu pengetahuan. Karena pengetahuan bisa menghantarkan kita pada kehidupan yang harmonis

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mengalah Bukan Berarti Kalah

3 Maret 2013   14:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:23 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak seorang pun akan merasa bahagia bila sedang menginginkan sesuatu namun ternyata apa yang diinginkannya tersebut tak bisa atau belum bisa diraihnya. Saya yakin naluri hampir di setiap orang akan seperti itu. Tak memandang bulu, apakah dari kalangan kaya, miskin, tua, muda, apalagi anak-anak. Semuanya pasti ingin apa yang diimpikannya itu segera ada di tangannya.

Namun apa yang kita inginkan, apa yang kita impikan, apa yang selalu kita harap-harapkan dan yang selalu terselip dalam setiap doa itupun toh pada dasarnya tak akan berjalan sampai di genggaman tangan kita apabila Sang Pencipta tak mengabulkan.

Karena ingat!!! Kita hanyalah manusia. Sekali lagi, kita hanyalah “manusia”, yang artinya sebagai makhluk yang hanya bisa berharap dan mengusahakan agar apa yang diimpikan itu dapat terwujud. Sedangkan si penentu adalah Tuhan. Tuhanlah yang menentukan,Tuhanlah yang mengatur, Tuhanlah yang mengarahkan hidup kita. Karena Tuhan adalah “Dalang” dari seluruh kehidupan ini.

Lantas, harus bagaimana?

Hanya satu kata yang bisa saya katakan untuk menjawab pertanyaan di atas, yakni MENGALAH!!!

Yah, satu kata itu mungkin yang hanya bisa dijadikan obat bagi seseorang yang mimpinya belum atau tidak terwujud. Maksud mengalah adalah mengalah pada apa yang diputuskan Tuhan. Namun mengalah bukan berarti kita diam berpangku tangan dan tak mau bergerak alias tidak sudi berusaha kembali.

Arti mengalah itu tidak sama dengan menyerah. Karena konotasi “mengalah” mengandung arti “bukan berarti kalah”. Tapi kalau menyerah, “sudah berarti kalah”. Buktinya, coba lihat film-film laga itu, biasanya menyerah selalu setelah adanya kekalahan dan mengalah selalu dimainkan oleh kesatria-kesatria tangguh, kalau sudah saatnya baru benar-benar menampakkan kehebatan aslinya. Just kidding!!!

Maksudnya begini teman, kenapa saya katakan harus menanamkan kata “mengalah” ketimbang “menyerah”? Karena ini adalah terapi jiwa. Jiwa yang sedang rapuh dan sangat memerlukan obat. Tentunya, bila penyakitnya adalah organ-ogan yang sangat sensitif alias perasa, yang dibutuhkan adalah sentuhan yang nyaman.

Ini bisa kamu buktikan sendiri, pasti beda!!! Coba kamu rasakan bila hati kamu sedih lalu kata sebagai penawar adalah “menyerah”, mungkin rasa yang timbul dalam diri kamu adalah “putus asa”. Namun coba bila kata “mengalah” yang kamu tanamkan, pasti rasa yang muncul adalah lega, nyaman, lapang dada, dll. Meski yang terakhir ini kadang juga belum bisa membuat air mata menjadi terbendung 100%, tapi setidaknya rasa yag muncul sudah pasti berbeda.

So, jangan akhiri hidupmu karena hal yang diimpikan belum diraih! Ingat, masih ada hari esok. Ingat, selama Mentari masih terbit, kita masih bisa merasakan angin segar. Percalah, Tuhan merencanakan hal lain yang lebih baik dan tentunya lebih indah. Keep smile….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun