Perubahan yang terjadi di otak orang yang kecanduan sering kali bersifat neurologis, dan ada empat perubahan otak utama yang sering ditemukan pada otak yang kecanduan: sensitisasi, desensitisasi, hipofrontalitas, dan sistem stres yang rusak.Â
Penelitian menunjukkan bahwa perubahan-perubahan ini juga dapat ditemukan pada mereka yang terlibat dalam kebiasaan tertentu yang bermasalah (Potenza, 2017).
Sensitisasi dan Perannya dalam Kecanduan
Salah satu perubahan otak yang terkait dengan kecanduan adalah sensitisasi, yang terjadi ketika otak mulai membentuk asosiasi yang kuat antara objek atau perilaku tertentu dengan perasaan atau dorongan yang mendalam. Dalam teori sensitisasi insentif, keterlibatan berulang dalam perilaku yang adiktif dapat menciptakan ingatan dan asosiasi kuat antara perilaku tersebut dan lingkungan sekitarnya, yang kemudian memicu keinginan yang sangat kuat untuk melakukannya lagi.
Sebagai contoh, seseorang yang terbiasa mengonsumsi suatu substansi atau melakukan kebiasaan tertentu ketika merasa kesepian atau bosan, mungkin akan merasakan dorongan kuat untuk melakukannya lagi ketika mereka merasa kesepian atau bosan, meskipun aktivitas tersebut tidak lagi memberikan kenikmatan yang sama seperti sebelumnya.
Pentingnya Mengelola Sensitisasi
Proses sensitisasi dapat bertahan selama bertahun-tahun, bahkan setelah seseorang berhenti melakukan kebiasaan tersebut. Banyak penelitian menunjukkan bahwa sensitisasi memainkan peran penting dalam kecanduan, dengan menunjukkan kesamaan antara kecanduan substansi dan perilaku kompulsif.Â
Dengan kata lain, meskipun seseorang berhenti melakukan kebiasaan tersebut, ingatan dan asosiasi yang telah terbentuk di otak mereka dapat memicu keinginan yang sangat kuat untuk kembali melakukannya.
Mengapa Kebiasaan Tertentu Bisa Sulit Dihentikan
Proses sensitisasi ini, yang dipadukan dengan perubahan otak lainnya yang terjadi pada mereka yang kecanduan, membuat kebiasaan tertentu sangat sulit untuk dihentikan. Meskipun demikian, berita baiknya adalah bahwa perubahan itu sangat mungkin untuk dilakukan. Penelitian menunjukkan bahwa dengan upaya yang berkelanjutan, otak bisa sembuh, bahkan dalam kasus kecanduan yang serius (Lupien, 2014).
Perasaan bersalah bisa menjadi motivasi untuk melakukan perubahan yang lebih sehat, namun rasa malu justru bisa memperburuk kebiasaan yang bermasalah (Brewster, 2019). Oleh karena itu, jika seseorang berusaha untuk mengubah kebiasaan mereka, sangat penting untuk bersikap baik kepada diri sendiri dan bersabar dengan proses yang sedang dijalani.
Kesimpulan: Perubahan Memerlukan Waktu dan Kesabaran
Seperti halnya otot yang membutuhkan waktu untuk berkembang, otak pun membutuhkan waktu untuk pulih dari kebiasaan yang merugikan. Namun, penelitian menunjukkan bahwa dengan upaya harian yang konsisten, perubahan dapat tercapai. Semakin lama seseorang menjauhi kebiasaan tersebut, semakin mudah untuk melakukannya. Yang dibutuhkan adalah latihan dan kesabaran dalam proses tersebut.
Referensi
[1] American Society of Addiction Medicine, Definition of Addiction. 2019. [Online]. Tersedia: https://www.asam.org. [Diakses: 27-Nov-2024].