Mohon tunggu...
Farros Dwi Yulianto
Farros Dwi Yulianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya senang membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teknologi TI Sebu Sebagai Bentuk Rasionalitas Masyarakat Tambang Sungailiat

5 Desember 2023   00:11 Diperbarui: 14 Desember 2023   10:40 1559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
   Sumber gambar: Dokumen Pribadi 

         Sungailiat merupakan Ibukota dari kabupaten Bangka,provinsi Kep. Bangka Belitung. Sungailiat merupakan daerah yang memiliki potensi bijih timah yang cukup tinggi. Hal ini bisa terlihat dari banyaknya daerah Sungailiat yang menjadi lokasi tempat untuk menambang timah. Hasil dari observasi penulis terdapat beberapa tempat yang menjadi lokasi tambang timah di kabupaten Bangka Seperti di Kelurahan Jelitik, Kelurahan Surya Timur, Kelurahan Kudai, Kelurahan Matras, Kelurahan Sinar Baru, dan Kelurahan kenanga. Tentu dengan potensi timah yang tinggi mendorong masyarakat untuk menambang timah, guna mensejahterakan hidupnya. 

         Masyarakat tambang sungailiat, dalam melakukan operasi penambangan mengunakan Tambang Inkonvensional(TI). Tambang Inkonvensional merupakan peralatan tambang sederhana yang dibuat sedemikian rupa yang berfungsi untuk mengeluarkan timah dari dalam tanah. Modal untuk pembuatan TI ini pun cukup kecil dibandingkan peralatan tambang yang biasa digunakan perusahaan timah yang membutuhkan modal yang cukup besar. TI sendiri memiliki berbagai jenis seperti TI apung, TI tungau, TI ponton, TI sebu, dan TI tower.

          Masyarakat tambang di Sungailiat sendiri kebanyakan menggunakan TI sebu, hal ini dikarenakan TI sebu sendiri merupakan tambang Inkonvensional(TI) yang dirancang dengan sangat sederhana sekali,dalam pengoperasiannya bisa dengan menggunakan satu mesin saja, pekerja yang mengoperasikan TI sebu juga lebih sedikit hanya 2-3 orang saja, dan modal yang dibutuhkan dalam operasionalnya cukup kecil. TI sebu tersebut memang terlihat sederhana sekali dan bisa dibongkar pasang serta bisa digunakan dilokasi yang susah untuk dijangkau oleh alat tambang yang besar.

         "TI Sebu ini beroperasi menggunakan mesin robin yang ukurannya cukup kecil dengan ukuran 8,5 pk sehingga praktis untuk dibawa kemana mana. Mesin ini berbahan bakar 12 liter pertalite yang bisa digunakan sampai 9 jam/hari.  Dengan menggunakan TI sebu, bisa menghasilkan keuntungan yang cukup besar sehingga bisa mengembalikan modal awal saat membuka TI sebu" jelas pak Wandi. Jika diukur dari modal awal yang akan dikeluarkan untuk menambang timah  menurut Pak wandi, TI sebu hanya membutuhkan modal 10 juta  dibandingkan dengan jenis TI lainnya seperti TI tower yang menelan biaya yang besar sekitar 50 juta. Juga bahan bakar dan biaya operasionalnya yang cukup besar TI tower lebih besar dibandingkan TI sebu. TI sebu ini bisa menghasilkan keuntungan yang cukup besar dibandingakan dengan modal usaha yang mereka keluarkan.

            Proses pengambilan bijih timah menggunakan TI sebu cukup sederhana. Satu mesin robin hanya memerlukan 2-3 orang saja. Ada yang bertugas untuk merajuk tanah dengan menggunakan pipa dan ada juga orang bertugas menyalakan mesin robin dan mengatur pipa yang digunakan dalam proses penyemburan air ke bagian rajuk agar mempermudah dalam pengambilan material yang ada di dalam tanah dan  mengatur pipa yang digunakan untuk mengeluarkan material dari tanah. Saat melakukan  perajukan, ujung pangkal pipa menggunakan besi yang dibentuk seperti tombak dan fungsi pipa ini bisa menghisap material yang ada di dalam tanah lalu pipa tersebut ditekan-ditekan ke dalam tanah  yang nantinya material tersebut akan di tampung pada tempat yang disebut sakan. 

          Sakan merupakan tempat penampungan timah dan juga sebagai tempat untuk proses penyaringan atau pemisahan antara timah dengan material pasir dan tanah. Sakan juga terdapat karpet-karpet yang bernama karpet emas. Karpet emas ini berfungsi sebagai media penampung timah. Setelah bijih timah terkumpul dalam karpet emas, ada orang yang bertugas mengambil timah yang terkumpul dalam karpet emas, lalu bijih timah tersebut di cuci menggunakan air hingga bersih dari material-material pasir atau tanah.

            Alasan mengapa masyarakat penambang di Sungailiat menggunakan TI sebu dikarenakan motif keuntungan. Hal ini bisa di lihat dari bagaimana aktor penambang timah memperkerjakan 2-3 orang saja, menggunakan mesin robin ukuran kecil 8,5 pk, dan menggunakan bahan bakar bensin yang hanya 12 liter sebagai modal operasional, menjadikan proses penambangan dengan alat TI tersebut lebih efisien.Dengan modal operasional yang terbatas, mereka dapat menghasilkan timah antara 5-8 kg. Pak Wandi menjelaskan bahwa harga timah sekarang mencapai  sekitar Rp. 150.000/kg. Bila kita hitung dengan asumsikan pekerja timah TI sebu mendapatkan 8 kg/ hari jika dikalikan dengan harga timah Rp.150.000,00 maka dalam sehari mereka mendapatkan 1.200.000 dalam satu hari. Jika satu hari mereka mendapatkan Rp.1.200.000,00 maka dalam sebulan mereka dapat 36 juta rupiah. Dengan hasil yang mereka dapatkan dari menjual timah tersebut, mereka dapat mengembalikan modal awalnya sebesar 10 juta, dan uang kotornya paling sekitar 9 juta dari bahan bakar mesinnya dan biaya upah pekerja serta uang bersihnya sekitar 17 juta rupiah.

             Jadi dari motif yang di lakukan masyarakat tambang Sungailiat dengan menggunakan TI sebu sebagai alat untuk menambang timah dibandingkan dengan menggunakan alat penambang yang lain, merupakan bentuk rasionalitas dari masyarakat tambang timah Sungailiat. Yang dimana masyarakat tersebut melakukan berbagai perhitungan atau pertimbangan yang masuk akal dengan mempekerjakan 2-3 orang dalam menggunakan TI sebu, menggunakan modal awal, dan modal operasional yang cukup kecil, serta efisiensi dalam pengerjaanya dengan maksud memenuhi tujuan yang telah ditargetkan oleh masyarakat tambang. Tujuannya tersebut adalah untuk mendapatkan keuntungan, yang dimana keuntungannya tersebut dapat mengembalikan modal awal  dan modal operasionalnya serta mendapatkan keuntungan bersih yang cukup besar dari hasil tambang menggunakan alat TI sebu tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun