Mohon tunggu...
Farris Lionel
Farris Lionel Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya senang membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Media Baliho sebagai Media Komunikasi Persuasif

26 November 2024   21:08 Diperbarui: 26 November 2024   21:33 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.instagram.com%2Fofficialhardadanang%2Freel%2FDAQc5-qSzLf%2F&psig=AOvVaw2KdGfE8IezECflAENUv2I7&us

Baliho merupakan media iklan luar ruang yang biasanya dipasang di tempat-tempat yang strategis, seperti di tepi jalan raya, pusat kota, atau area publik lainnya. Baliho berfungsi sebagai alat promosi yang efektif untuk menjangkau khalayak yang luas. Baliho biasanya dipasang dengan ukuran besar, hal ini dilakukan agar iklan dapatterlihat meski berada dijarak yang jauh. Salah satu baliho yang dapat di analisis menggunakan  teori persuasif adalah

Baliho tersebut berada di Jl. Raya Kledokan, Perempatan Selokan Mataram. Jika di analisis menggunakan teori paradigma naratif. Paradigma naratif berfokus dalam penggunaan cerita atau narasi untuk mempengaruhi sikap, keyakinan, atau perilaku audiens. Paradigma naratif menganggap bahwa manusia pada dasarnya berpikir dan memaknai dunia melalui cerita, bukan hanya fakta atau argumen logis semata. Saya menganalisis dengan memperhatikan poin-poin:

  • Permasalahan yang diangkat dalam baliho, Dalam mengiklankan produk mereka, Superglow mengangkat permasalahan yang umum terjadi oleh remaja seperti kulit kusam, dan tidak glowing. Hal ini menciptakan narasi yang dimanfaatkan oleh pemilik produk dalam mengiklankan produk kecantikannya.
  • Penyelesaian masalah, Penggunaan produk Superglow akan menyelesaikan masalah kulit dan membuat pengguna terlihat lebih cantik dan percaya diri. 
  • Slogan, "Lengah Dikit Glowing!" merupakan kata yang mudah diingat dan memberikan kesan yang positif.
  • Elemen Visual Baliho, Model dengan kulit yang cerah dan bercahaya menciptakan narasi bahwa produk Superglow dapat memberikan hasil yang instan dan dramatis. Hal ini didukung juga dengan visualisasi jam dengan kata "15 Menit".
  • Warna dan Design Baliho, Dominasi warna-warna cerah dan hangat seperti pink dan biru untuk menciptakan kesan feminim. Di dukung dengan design yang modern, dengan penempatan merk Superglow yang menonjol.
  • Relevansi Baliho, Kebutuhan akan produk perawatan kulit yang efektif sangat relevan dengan masyarakat modern, terutama pada perempuan.
  • Intrepretasi, Baliho Superglow menciptakan narasi yang sederhana namun kuat: dengan menggunakan produk ini, Anda dapat mencapai kulit yang glowing hanya dengan 15 menit. Narasi ini didukung oleh visual yang menarik dan bahasa yang persuasif. 

Akibat baliho yang menjadi media iklan luar ruang yang efektif, tidak jarang baliho digunakan oleh beberapa pihak politik sebagai alat promosi yang dapat mendukung kampanye propaganda. Sebagai bahan analisis, saya menggunakan baliho berikut:

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.instagram.com%2Fofficialhardadanang%2Freel%2FDAQc5-qSzLf%2F&psig=AOvVaw2KdGfE8IezECflAENUv2I7&us
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.instagram.com%2Fofficialhardadanang%2Freel%2FDAQc5-qSzLf%2F&psig=AOvVaw2KdGfE8IezECflAENUv2I7&us
Baliho tersebut dipasang di Jl. Babarsari disekitara SPBU KASAM Babarsari. Jika dianalisis, baliho tersebut memiliki makna propaganda. Saya berfokus pada slogan "Sleman Baru, Harapan Baru".  Kalimat ini memiliki elemen komunikasi persuasif karena dapat mempengaruhi perasaan dan harapan audiens. Namun, dalam konteks pemilu, kalimat ini digunakan untuk menciptakan citra positif tanpa memberikan detail konkret mengenai perubahan yang akan dilakukan. Propaganda di sini bukan berarti negatif, tetapi lebih pada upaya untuk mempengaruhi audiens dengan cara yang emosional dan menyederhanakan pesan untuk mencapai tujuan tertentu, yakni memperoleh dukungan politik. 
  • Dalam baliho, kalimat "Sleman Baru, Harapan Baru" terkesan menyederhanakan suatu konsep yang kompleks seperti perubahan pada sosial, politik, atau ekonomi menjadi kata "Harapan Baru". Hal ini tentu lebih mudah diterima publik, meskipun tidak menyebutkan harapan seperti apa yang dimaksud dalam pesan tersebut.
  • Dengan menghubungkan "harapan" dengan suatu perubahan yang "baru", kalimat ini berusaha memicu perasaan optimisme dan keinginan akan perubahan tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai apa yang akan diubah atau bagaimana perubahan tersebut akan dicapai. Hal ini bisa dimanfaatkan untuk membentuk opini publik berdasarkan emosi daripada fakta atau argumen yang konkret.
  • Biasanya dalam kampanye politik, pesan seperti ini digunakan untuk membangun citra positif calon atau pihak yang menggunakannya. Dalam hal ini, "Sleman Baru" bisa dilihat sebagai simbol pembaruan yang dijanjikan oleh calon yang sedang berkampanye, tanpa terlalu merinci bagaimana perubahan itu akan dilaksanakan.

Meskipun demikian, kalimat seperti ini banyak digunakan oleh politikus. Kalimat yang mendukung sudah menjadi sebuah kewajaran dalam mempromosikan paslon politik. Saya tegaskan kembali bahwa propaganda yang dilakukan oleh banyak paslon politik, tidak selalu mengandung nilai yang negatif. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan citra yang baik di depan publik dan mendorong publik untuk memilih paslon politik tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun