Pada era digital yang sangat berkembang pesat saat ini, Teknologi Informasi dan Komunikasi atau yang biasa disebut dengan TIK, beserta dengan Teknologi Artificial Intelligence (AI), telah mengubah cara bekerja bahkan juga cara hidup dari sebagian banyak orang. Generative AI Tools, dapat membantu manusia dalam kehidupan sehari hari, entah itu ditempat kerja, maupun ketika belajar. Namun, dibalik itu semua, Â Generative AI ini menimbulkan banyak pertanyaan tentang hak kekayaan intelektual, karena hal ini bisa saja memiliki potensi untuk dijadikan penyalahgunaan atau manipulasi. Generative AI juga memiliki beberapa masalah, yaitu seperti Accessibility, Environmental Impacts, Copyrights, Rights Management, atau bahkan mengenai masalah Privacy.
https://guides.library.ualberta.ca/generative-ai/ethics
Sebagai mahasiswa yang mungkin akan menjadi seorang profesional IT, kita tidak hanya dituntut untuk memiliki kompetensi technical yang baik, tetapi juga pemahaman yang mendalam tentang implikasi etis dari teknologi yang akan kita kembangkan nantinya. Tanggung jawab ini menjadi semakin berat mengingat bahwa semakin lama teknologi itu sendiri nantinya akan terus berkembang dan akan mempengaruhi ke dalam berbagai aspek kehidupan manusia, mulai dari privasi data hingga keamanan nasional. Selain itu, seorang yang nantinya akan menjadi profesional IT juga harus mempersiapkan persiapan yang mungkin cukup krusial yang harus dilakukan. Selain penguasaan technical skills, mahasiswa perlu mengembangkan soft skills seperti komunikasi yang efektif, kemampuan bekerja dalam bentuk tim, dan kemampuan problem-solving yang baik. Pemahaman mendalam tentang etika teknologi dan implikasinya terhadap masyarakat juga menjadi hal yang wajib dimiliki oleh profesional IT nantinya.
Profesionalisme dalam bidang IT mencakup beberapa aspek yang cukup penting. Yang pertama yaitu adalah Kompetensi teknis yang harus terus diperbarui sesuai perkembangan teknologi, sehingga kita dapat terus mengikuti teknologi yang sangat cepat berkembang. Kedua yaitu integritas dan etika dalam pengambilan keputusan kedepan. Ketiga, kesadaran akan dampak sosial dari solusi yang akan dikembangkan. Semua hal tersebut sangat penting untuk dipikirkan agar solusi yang dikembangkan tidak hanya efektif secara teknis, tetapi juga memenuhi standar etika dalam bidang IT, memberikan dampak positif pada masyarakat, dan meminimalkan dampak negatifnya. Association for Computing Machinery (ACM) juga telah menetapkan kode etik IT yang menjadi panduan global bagi profesional IT. Kode etik ini akan menekankan prinsip-prinsip seperti menghindari kerugian (avoid harm), kejujuran dan kepercayaan (honesty and trustworthiness), privasi dan kerahasiaan (privacy and confidentiality), serta profesionalism.
https://www.acm.org/code-of-ethics
Selain itu, UNESCO juga telah membuat standar global pertama tentang Etika AI, pada November 2021. UNESCO bilang bahwa perlindungan Hak Asasi Manusia dan Martabat adalah landasan rekomendasi, berdasarkan kemajuan prinsip-prinsip dasar seperti transparansi dan keadilan, selalu mengingat pentingnya pengawasan manusia terhadap AI. Tetapi, apa yang membuat rekomendasi sangat berlaku adalah Area Aksi Kebijakan yang Luas yang memungkinkan pembuat kebijakan untuk menerjemahkan nilai-nilai inti dan prinsip-prinsip ke dalam tindakan yang sehubungan dengan tata kelola data, lingkungan dan ekosistem, gender, pendidikan dan penelitian, dan banyak kesehatan dan kesejahteraan sosial.
https://www.unesco.org/en/artificial-intelligence/recommendation-ethics
Menurut penulis, profesionalisme dalam bidang IT bukan hanya sekedar formalitas saja, melainkan itu merupakan kebutuhan fundamental untuk memastikan teknologi berkembang dengan tetap memperhatikan aspek kemanusiaan dan kebermanfaatan bagi masyarakat luas yang mungkin belum paham akan teknologi tetapi memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan teknologi. Di era dimana teknologi memiliki kekuatan yang semakin besar untuk membentuk masa depan, para profesional IT juga akan memiliki tanggung jawab yang semakin lama semakin berat. Oleh karena itu, pengembangan profesionalisme harus menjadi prioritas utama bagi semua pemangku kepentingan dalam ekosistem IT.
Kemudian, untuk dapat mendukung perkembangan profesionalisme IT di masa yang akan datang, pemerintah, lembaga pendidikan, dan perusahaan teknologi harus dapat berkolaborasi dalam menciptakan ekosistem yang seamless untuk mendukung pertumbuhan praktisi IT yang profesional. Pemerintah dapat membuat kebijakan yang mungkin bisa dipertimbangkan, di antara lain yaitu adalah memperketat regulasi terkait perlindungan data dan privasi, dapat mempromosikan pelatihan etika di lingkungan kerja, serta meningkatkan pendidikan etika profesi di tingkat universitas.Â
Profesionalisme dalam industri IT telah menjadi semakin krusial, terutama dalam era digital yang semakin kompleks saat ini. Berikut adalah beberapa contoh kasus pelanggaran kode etik maupun professionalism dalam bidang IT yang memiliki dampak signifikan :Â
Skandal Facebook-Cambridge Analytica (2018)
Wikipedia: Scandal Facebook-Cambridge Analytica
Pelanggaran : Penyalahgunaan data pribadi sekitar 87 juga pengguna Facebook tanpa persetujuan
Dampak :
- Kerugian finansial Facebook / Meta yang mencapai $5 miliar dalam bentuk denda
- Hilangnya kepercayaan publik terhadap platform media sosial
- Munculnya regulasi privasi data yang lebih ketat (GDPR di Eropa)
Twitter Bitcoin Hack (2020)
Wikipedia: Twitter Account Hijacking