Mohon tunggu...
aisyah sanai
aisyah sanai Mohon Tunggu... Akuntan - Undergraduate Management Student of Universitas Airlangga

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Gaya Hidup Hedonisme di Lingkungan Mahasiswa

5 Juni 2024   20:53 Diperbarui: 5 Juni 2024   20:59 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gaya hidup hedonisme, yang menekankan pada pencarian kesenangan dan kepuasan pribadi sebagai tujuan utama hidup, semakin banyak ditemukan di kalangan mahasiswa. Fenomena ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kemajuan teknologi, akses informasi yang semakin mudah, dan tekanan sosial. Menurut Trimartati (2014), mahasiswa sangat antusias dengan hal-hal baru, sehingga gaya hidup hedonisme dianggap menarik. Daya tarik ini disebabkan oleh keinginan untuk mencoba sesuatu yang berbeda dan menikmati kesenangan instan yang ditawarkan. Kemampuan untuk segera mendapatkan kepuasan melalui barang-barang mewah, hiburan, dan pengalaman baru menjadikan gaya hidup ini sangat menggoda bagi banyak mahasiswa yang masih dalam tahap eksplorasi jati diri dan kebebasan.

Mahasiswa yang terpengaruh oleh hedonisme cenderung mengadopsi pola konsumsi yang tinggi. Mereka sering kali terfokus pada pembelian barang-barang bermerek, gadget terbaru, dan mengikuti tren fashion yang mahal. Akibatnya, banyak mahasiswa yang mengalami masalah keuangan karena pengeluaran yang melebihi pemasukan. Kecenderungan untuk hidup mewah ini sering kali memicu utang yang menumpuk, terutama bagi mereka yang mengandalkan pinjaman atau kartu kredit untuk memenuhi gaya hidup mereka. Ketika pendapatan mereka tidak cukup untuk menutupi pengeluaran, stres keuangan menjadi tak terhindarkan, mengakibatkan masalah yang lebih besar dalam jangka panjang, seperti ketergantungan pada hutang dan kesulitan dalam mengelola keuangan pribadi. Dalam pandangan saya, mahasiswa perlu diberi kesadaran dan pendidikan mengenai dampak jangka panjang dari gaya hidup hedonistik. Kampus dan lingkungan akademik seharusnya berperan aktif dalam memberikan alternatif kegiatan yang bermanfaat dan mempromosikan gaya hidup seimbang. Mengadakan seminar tentang manajemen keuangan dan pentingnya menabung, serta memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang berfokus pada pengembangan diri, dapat membantu mahasiswa memahami pentingnya hidup dalam batas kemampuan mereka.

Gaya hidup hedonisme juga dapat berdampak negatif pada prestasi akademik mahasiswa. Waktu dan energi yang seharusnya digunakan untuk belajar dan mengembangkan keterampilan sering kali teralihkan oleh kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada kesenangan, seperti berpesta, berlibur, atau bermain game. Konsentrasi yang terbagi ini mengakibatkan penurunan prestasi akademik, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi masa depan mereka dalam dunia kerja. Sebagai seseorang yang telah mengamati dan berinteraksi dengan mahasiswa dari berbagai latar belakang, saya percaya bahwa hedonisme memang menawarkan kebahagiaan sementara yang menggoda, terutama di usia muda. Namun, kebahagiaan sejati dan kepuasan hidup sejati tidak semata-mata berasal dari kesenangan instan dan materialistik. Kebahagiaan yang berkelanjutan biasanya muncul dari pencapaian pribadi, hubungan yang mendalam, dan kontribusi positif kepada komunitas atau masyarakat. Oleh karena itu, mahasiswa perlu diajak untuk menemukan makna yang lebih dalam dalam kehidupan mereka melalui pengalaman-pengalaman yang memperkaya jiwa dan mendukung perkembangan diri.

Mahasiswa yang mengadopsi gaya hidup hedonistik mungkin juga menghadapi berbagai masalah kesehatan mental dan fisik. Tekanan untuk terus-menerus menikmati hidup dan terlihat bahagia di media sosial dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan depresi. Selain itu, kebiasaan-kebiasaan seperti begadang untuk berpesta, konsumsi alkohol yang berlebihan, dan pola makan yang tidak sehat dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik mereka. Kebiasaan ini, jika dibiarkan, dapat menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius seperti obesitas, penyakit hati, dan gangguan tidur. Hedonisme dapat menyebabkan pergeseran nilai dan moral di kalangan mahasiswa. Fokus yang berlebihan pada kepuasan pribadi dapat mengurangi kepedulian terhadap orang lain dan lingkungan sekitar. Nilai-nilai seperti kerja keras, tanggung jawab, dan empati mungkin terabaikan, digantikan oleh sikap egois dan individualistis. Mahasiswa yang hanya memikirkan kepuasan diri cenderung mengabaikan tanggung jawab sosial dan moral mereka, yang dapat mengarah pada sikap apatis terhadap isu-isu sosial dan lingkungan. Pada akhirnya, pilihan ada di tangan mahasiswa. Mereka harus belajar mengenali dan mengejar kebahagiaan yang lebih bermakna dan berkelanjutan. Dengan kesadaran dan bimbingan yang tepat, mereka dapat menghindari jebakan hedonisme dan membangun masa depan yang lebih cerah dan penuh makna.

Meskipun gaya hidup hedonisme sering kali berkaitan dengan aktivitas sosial yang intens, hubungan yang terbentuk dalam konteks ini mungkin dangkal dan tidak mendalam. Persahabatan yang dibangun di atas dasar kesenangan sementara sering kali kurang stabil dan tidak tahan lama. Hal ini dapat mengurangi kualitas hubungan sosial dan mendukung sikap isolasi atau kesepian dalam jangka panjang. Kebahagiaan yang sejati biasanya muncul dari pencapaian pribadi, hubungan yang mendalam, dan kontribusi positif kepada komunitas atau masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk menemukan keseimbangan antara menikmati hidup dan mempertahankan komitmen terhadap tanggung jawab akademik dan moral. Dengan begitu, mereka dapat mencapai kebahagiaan dan kepuasan yang lebih berkelanjutan serta membangun masa depan yang lebih baik. Kampus dan lingkungan akademik harus terus mendorong mahasiswa untuk terlibat dalam kegiatan yang memperkaya pengalaman hidup mereka secara keseluruhan, seperti program sukarelawan, penelitian akademik, dan kegiatan ekstrakurikuler yang positif. Dengan bimbingan dan dukungan yang tepat, mahasiswa dapat belajar untuk menemukan kebahagiaan yang tidak hanya bersifat sementara tetapi juga memberikan manfaat jangka panjang bagi diri mereka dan masyarakat luas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun