Mohon tunggu...
farrel rafif
farrel rafif Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UIN JAKARTA

hobi mendengarkan suara burung

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bagaimana Generasi Muda Dapat Menjadi Agen Perubahan Untuk Mempromosikan Literasi Media Dan Mendukung Jurnalisme Berkualitas

15 Desember 2024   00:33 Diperbarui: 15 Desember 2024   00:33 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perkembangan teknologi komunikasi telah membawa perubahan signifikan dalam cara kita memproduksi, menyebarluaskan, dan mengonsumsi informasi. Di era digital saat ini, generasi muda memainkan peran krusial dalam membentuk lanskap media, berkat status mereka sebagai pengguna aktif internet dan media sosial. Namun, peningkatan akses informasi juga disertai tantangan besar, seperti merebaknya berita palsu, penurunan kepercayaan terhadap media, dan penurunan kualitas jurnalisme. Dalam menghadapi tantangan ini, generasi muda memiliki potensi yang besar untuk menjadi agen perubahan dengan mempromosikan literasi media dan mendukung jurnalisme berkualitas. Berikut ini adalah refleksi mengenai permasalahan yang ada, penyebabnya, dampaknya, serta solusi terkait peran generasi muda dalam isu ini.

Masalah: Krisis Kepercayaan dan Rendahnya Literasi Media

Di tengah era informasi yang terus berkembang, salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah krisis kepercayaan terhadap media. Survei menunjukkan bahwa banyak masyarakat, termasuk generasi muda, cenderung skeptis terhadap berita yang mereka konsumsi. Kondisi ini semakin diperparah oleh maraknya berita palsu dan penyebaran informasi yang bias melalui media sosial. Rendahnya literasi media turut menjadi hambatan, mengakibatkan banyak orang kesulitan membedakan antara fakta, opini, dan informasi yang sudah dimanipulasi. Di sisi lain, tekanan ekonomi yang dialami oleh industri media membuat beberapa organisasi berita terpaksa mengorbankan kualitas demi keuntungan kuantitas, seperti dengan memprioritaskan berita sensasional atau clickbait. Akibatnya, kualitas jurnalistik menurun drastis, dan masyarakat pun kehilangan akses terhadap informasi yang akurat dan mendalam.

 Penyebab: Media Sosial dan Kurangnya Pendidikan Literasi Media

Media sosial kini menjadi sumber utama informasi bagi generasi muda. Platform-platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter memudahkan penyebaran informasi, tetapi juga membuka peluang bagi munculnya hoaks dan misinformasi. Algoritma yang digunakan oleh media sosial sering kali lebih mengutamakan konten yang menarik perhatian daripada konten yang kredibel. Hal ini menciptakan apa yang dikenal sebagai ruang gema (echo chamber), di mana pengguna hanya terpapar pada pandangan yang sejalan dengan keyakinan mereka, sehingga memperkuat bias dan mengurangi keberagaman perspektif. Di samping itu, kurangnya pendidikan literasi media di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi membuat banyak individu, termasuk generasi muda, tidak memiliki kemampuan untuk mengevaluasi sumber informasi secara kritis. Akibatnya, mereka menjadi rentan terhadap manipulasi informasi dan cenderung membagikan konten tanpa memverifikasinya terlebih dahulu.

Akibat: Dampak Negatif bagi Demokrasi dan Masyarakat

Kondisi ini memiliki dampak yang signifikan terhadap masyarakat dan demokrasi. Penyebaran hoaks yang tidak terkendali dapat memicu konflik sosial, memperdalam polarisasi politik, dan merusak kepercayaan publik terhadap institusi. Ketika jurnalisme berkualitas tidak lagi diutamakan, masyarakat kehilangan akses pada informasi yang esensial untuk membuat keputusan yang bijak. Dalam jangka panjang, situasi ini mengancam keberlangsungan demokrasi, karena masyarakat tidak memiliki fondasi informasi yang kuat untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses politik dan sosial.


Solusi: Peran Generasi Muda dalam Meningkatkan Literasi Media dan Jurnalisme Berkualitas

Dalam menghadapi tantangan ini, generasi muda memiliki peluang untuk berperan secara aktif dalam mempromosikan literasi media dan mendukung jurnalisme yang berkualitas. Berikut adalah beberapa langkah konkret yang bisa diambil:

1. Menjadi Konsumen Media yang Kritis
Generasi muda perlu mengembangkan kemampuan untuk mengevaluasi informasi secara kritis. Ini melibatkan pemeriksaan sumber berita, pemahaman konteks, dan perbandingan informasi dari berbagai sumber. Dengan menjadi konsumen media yang lebih cerdas, generasi muda dapat meminimalisir dampak berita palsu dan menyebarkan informasi yang lebih dapat dipercaya

2. Menyebarluaskan Literasi Media Melalui Media Sosial
Generasi muda, sebagai pengguna aktif media sosial, memiliki kesempatan yang besar untuk meningkatkan kesadaran akan literasi media. Mereka dapat memanfaatkan berbagai platform untuk menciptakan konten edukatif yang mengajarkan cara mengidentifikasi hoaks, memahami bias media, dan menekankan pentingnya mendukung jurnalisme berkualitas. Kampanye ini bisa dilakukan dengan cara yang kreatif, seperti membuat video pendek, infografis menarik, atau mengadakan diskusi daring yang interaktif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun