Mohon tunggu...
Farrell Maghribi Ramanov
Farrell Maghribi Ramanov Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

saya adalah pelajar yang sangat tertarik dengan hal baru

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Pelajaran Menumbuhkan Toleransi Sejak Dini dari Desa Buntu

28 Maret 2024   12:58 Diperbarui: 28 Maret 2024   13:01 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tanggal 3 Maret 2024, Saya berkesempatan mengikuti kegiatan local immersion yang diselenggarakan oleh Global Prestasi School, Senior High School. Kegiatan ini dirancang untuk memberikan pengalaman langsung dalam melakukan penelitian sosial di Desa Buntu Wonosobo. Sebagai pelajar, kami memulai perjalanan dari Sekolah Global Prestasi pada pukul 22.00 setelah mendapat pembekalan menyeluruh mengenai tujuan, agenda, dan harapan dari kegiatan ini. Kedatangan kami di Wonosobo pada tanggal 4 Maret pukul 06.00 di pintu masuk desa menandai dimulainya petualangan kami dalam memperoleh pemahaman mendalam tentang masyarakat setempat.

Dalam program local immersion ini, kami bertujuan untuk lebih memahami dan mengatasi tantangan sosial yang dihadapi oleh masyarakat Desa Buntu Wonosobo. Melalui pendekatan penelitian yang berkesinambungan, kami berharap dapat memberikan solusi yang berkelanjutan dan berdampak positif bagi masyarakat setempat.

 

Di Desa Buntu Wonosobo, pengajaran toleransi sejak dini telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat setempat. Desa ini dikenal dengan reputasi tingkat toleransi yang tinggi, yang mencerminkan komitmen kuat terhadap nilai-nilai saling menghormati dan kebersamaan. Toleransi bukan hanya sekadar pelajaran di sekolah, melainkan warisan berharga yang telah dipegang teguh dan diwariskan turun temurun oleh nenek moyang mereka.

Selain itu, pembangunan masjid di Desa Buntu adalah contoh nyata dari semangat toleransi yang ada di sana. Proyek ini melibatkan partisipasi dari berbagai komunitas agama tanpa adanya tekanan atau paksaan, melainkan atas dasar kesepakatan bersama untuk membangun tempat ibadah yang layak dan kondusif.

"Agama di sini memang rukun dan tidak ada perselisihan." ucap Pak Susanto,  Hal ini menunjukkan bahwa perselisihan di desa ini sangat jarang terjadi. Banyak agama non-Islam turut serta dalam pembangunan masjid, menunjukkan semangat toleransi dan gotong royong yang tinggi di Desa Buntu. Pak Juwandi juga mengatakan bahwa Desa Buntu ramah. Ia menceritakan kasus seorang maling di desa tersebut, namun masyarakat di sana sangat memahami alasan di balik tindakan pencurian tersebut. Ketika pencuri tersebut tertangkap, bukannya diserang, ia malah diwawancarai untuk mengetahui alasan di balik perbuatannya. Masyarakat memberikan bantuan seperti beras dan kebutuhan lainnya untuk membantu orang tersebut.

"Jika kita menyelesaikan masalah dengan kekerasan, maka kekerasan itu tidak akan habis" kutipan dari pak juwandi. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk dapat menghargai setiap individu yang memiliki perbedaan dengan kita, serta untuk memahami konsep sebab-akibat. Lebih lanjut, kita perlu menyadari bahwa dengan adanya toleransi di antara kita, negara ini akan menjadi semakin kuat karena kesatuan yang kuat yang kita miliki.

Di Desa Buntu, toleransi telah menjadi custom yang diwariskan turun-temurun. Hal ini terlihat dari interaksi antarumat beragama yang harmonis, tanpa paksaan dalam beragama, dan semangat gotong royong yang tinggi. Mores seperti saling menghormati dan menghargai perbedaan juga berperan penting dalam menjaga toleransi. Folkways, seperti kebiasaan bertegur sapa dan membantu tetangga, memperkuat interaksi dan rasa kekeluargaan antarwarga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun