Mohon tunggu...
Farrell Bastian Sinambela
Farrell Bastian Sinambela Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kedokteran Undip'18

about to die

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Insomnia Merupakan Gangguan Jiwa? Inilah Faktanya!

9 Agustus 2021   14:49 Diperbarui: 9 Agustus 2021   15:42 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Insomnia didefinisikan sebagai keluhan dalam hal kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur atau tidur non-restoratif yang berlangsung setidaknya satu bulan dan menyebabkan gangguan signifikan atau gangguan dalam fungsi individu. Untuk fase tidur sendiri terdapat 2 tipe yaitu :

1. Tipe Rapid Eye Movement (REM).

2. Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM)

  • Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4-6 kali siklus semalam.
  • Tidur NREM yang meliputi 75% dari keseluruhan waktu tidur dan dibagi emnjadi 4 stadium. Sedangkan tidur REM meliputi 25% dari keseluruhan waktu tidur. Tidak dibagi-bagi dalam stadium seperti dalm tidur NREM

Ternyata insomnia juga dapat dipengaruhi oleh orang usia lanjut mengalami waktu tidur yang dalam lebih pendek, sedangkan tidur stadium 1 dan 2 lebih lama. 

Bila siang hari sibuk dan aktif sepanjang hari, pada malam hari tidak ada gangguan dalam tidurnya, sebaliknya bila siang hari tidak ada kegiatan dan cenderung tidak aktif, malamnya akan sulit tidur. Pada usia lanjut, ekskresi kortisol dan GH serta perubahan temperatur tubuh berfluktuasi dan kurang menonjol. Melatonin menurun dengan meningkatnya umur.

Perlu kita ketahui bahwa insomnia dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :

  • Stres: Kekhawatiran tentang pekerjaan, kesehatan, sekolah, atau keluarga dapat membuat pikiran menjadi aktif di malam hari, sehingga sulit untuk tidur. Peristiwa kehidupan yang penuh stres, seperti kematian atau penyakit dari orang yang dicintai, perceraian atau kehilangan pekerjaan, dapat menyebabkan insomnia.
  • Kecemasan Dan Depresi: Hal ini mungkin disebabkan ketidakseimbangan kimia dalam otak atau karena kekhawatiran yang menyertai depresi.
  • Obat-obatan: Beberapa resep obat dapat mempengaruhi proses tidur, termasuk beberapa antidepresan, obat jantung dan tekanan darah, obat alergi, stimulan (seperti Ritalin) dan kortikosteroid.
  • Kafein, Nikotin Dan Alkohol: Kopi, teh, cola dan minuman yang mengandung kafein adalah stimulan yang terkenal. Nikotin merupakan stimulan yang dapat menyebabkan insomnia. Alkohol adalah obat penenang yang dapat membantu seseorang jatuh tertidur, tetapi mencegah tahap lebih dalam tidur dan sering menyebabkan terbangun di tengah malam.
  • Kondisi Medis: Jika seseorang memiliki gejala nyeri kronis, kesulitan bernapas dan sering buang air kecil, kemungkinan mereka untuk mengalami insomnia lebih besar dibandingkan mereka yang tanpa gejala tersebut. Kondisi ini dikaitkan dengan insomnia akibat artritis, kanker, gagal jantung, penyakit paru-paru, gastroesophageal reflux disease (GERD), stroke, penyakit Parkinson dan penyakit Alzheimer.
  • Perubahan Lingkungan Atau Jadwal Kerja: Kelelahan akibat perjalanan jauh atau pergeseran waktu kerja dapat menyebabkan terganggunya irama sirkadian tubuh, sehingga sulit untuk tidur. Ritme sirkadian bertindak sebagai jam internal, mengatur siklus tidur-bangun, metabolisme, dan suhu tubuh.
  • “Belajar” Insomnia: Hal ini dapat terjadi ketika Anda khawatir berlebihan tentang tidak bisa tidur dengan baik dan berusaha terlalu keras untuk jatuh tertidur. Kebanyakan orang dengan kondisi ini tidur lebih baik ketika mereka berada jauh dari lingkungan tidur yang biasa atau ketika mereka tidak mencoba untuk tidur, seperti ketika mereka menonton TV atau membaca.

Ada beberapa hal yang menjadi faktor resiko insomnia, yaitu :

  • Wanita: Perempuan lebih mungkin mengalami insomnia. Perubahan hormon selama siklus menstruasi dan menopause mungkin memainkan peran. Selama menopause, sering berkeringat pada malam hari dan hot flashes sering mengganggu tidur.
  • Usia Lebih Dari 60 Tahun: Karena terjadi perubahan dalam pola tidur, insomnia meningkat sejalan dengan usia.
  • Memiliki Gangguan Kesehatan Mental: Banyak gangguan, termasuk depresi, kecemasan, gangguan bipolar dan post-traumatic stress disorder, mengganggu tidur.
  • Stres: Stres dapat menyebabkan insomnia sementara, stress jangka panjang seperti kematian orang yang dikasihi atau perceraian, dapat menyebabkan insomnia kronis. Menjadi miskin atau pengangguran juga meningkatkan risiko terjadinya insomnia.
  • Perjalanan jauh (Jet lag) dan Perubahan jadwal kerja: Bekerja di malam hari sering meningkatkan resiko insomnia.

Perlu juga diketahui untuk tanda dan gejala insomnia meliputi :

  • Kesulitan untuk memulai tidur pada malam hari
  • Sering terbangun pada malam hari
  • Bangun tidur terlalu awal
  • Kelelahan atau mengantuk pada siang hari
  • Iritabilitas, depresi atau kecemasan
  • Konsentrasi dan perhatian berkurang
  • Peningkatan kesalahan dan kecelakaan
  • Ketegangan dan sakit kepala
  • Gejala gastrointestinal

Untuk mendiagnosis insomnia, dilakukan penilaian terhadap:

  • Pola tidur penderita.
  • Pemakaian obat-obatan, alkohol, atau obat terlarang.
  • Tingkatan stres psikis.
  • Riwayat medis.
  • Aktivitas fisik
  • Diagnosis berdasarkan kebutuhan tidur secara individual.

Ada beberapa kriteria diagnostik insomnia non organik berdasarkan PPDGJ, Hal tersebut di bawah ini diperlukan untuk membuat diagnosis pasti:

  • Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau kualitas tidur yang buruk
  • Gangguan minimal terjadi 3 kali dalam seminggu selama minimal 1 bulan
  • Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur dan peduli yang berlebihan terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari.
  • Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan
  • Adanya gangguan jiwa lain seperti depresi dan anxietas tidak menyebabkan diagnosis insomnia diabaikan.
  • Kriteria “lama tidur” (kuantitas) tidak digunakan untuk menentukan adanya gangguan, oleh karena luasnya variasi individual. Lama gangguan yang tidak memenuhi kriteria di atas (seperti pada “transient insomnia”) tidak didiagnosis di sini, dapat dimasukkan dalam reaksi stres akut (F43.0) atau gangguan penyesuaian (F43.2)

Penulis: Farrell Bastian Sinambela, Fakultas Kedokteran, Program Studi Kedokteran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun