Mohon tunggu...
Farrel Baswara Natansyah
Farrel Baswara Natansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

SMK TELKOM MALANG

Selanjutnya

Tutup

Politik

Media Sosial, Kawan atau Lawan bagi Demokrasi?

23 Agustus 2020   11:55 Diperbarui: 23 Agustus 2020   12:03 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berbicara mengenai demokrasi itu sendiri, mungkin yang pertama kali terpikir di benak kita adalah sebuah paham kebebasan yang berorientasi terhadap rakyat. Ada semboyan yang tidak pernah lepas dari demokrasi, yaitu "dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat". Demokrasi seolah menjadi trend dalam berbagai kehidupan berbangsa dan bernegara di hampir seluruh negara di dunia, bahkan hampir seluruh masyarakat dunia mendambakan lingkungan yang demokratis di negaranya. Melihat dari penjelasan tersebut, maka apa sih pengertian dari demokrasi? Demokrasi merupakan gabungan dari dua kata dalam Bahasa Yunani yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan. Dari bahasa Inggris demos dan kratos diserap menjadi democracy. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, demokrasi dalam istilah politik yang berarti pemerintahan rakyat.

Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah dimasa sekarang yang modern ini media sosial apakah akan menjadi kawan atau lawan bagi demokrasi. Terdapat dua dampak yang ingin saya sampaikan dalam artikel ini, yaitu dampak positif dan dampak negatif.

Yang pertama dampak positif. Media sosial menjadi saluran akses informasi dalam berbagai bidang, yaitu pendidikan, budaya, sosial, ekonomi, hukum, juga politik. Misalnya di yaitu digunakan di dalam kampanye pemilu untuk mensosialisasi visi misi dan program kerja suatu kandidat atau bahkan dalam Pemilu 2019 kemarin, gencar-gencarnya media sosial dijadikan ajang untuk mempromosikan pasangan calon presiden maupun calon-calon legislator. Media sosial sebagai strategi komunikasi politik merupakan alternatif baru dan menjadi fenomena yang hangat hingga kini. Seperti yang dikutip oleh Charta Politika, menyebutkan bahwa informasi di media sosial berpengaruh terhadap responden dalam menentukan pilihannya saat Pemilihan Umum 2019. Dari survei itu, 24,4% responden mengatakan media sosial sangat berpengaruh terhadap pilihan mereka serta 37,8% mengatakan cukup berpengaruh. Untuk pertumbuhan pengguna media sosial, Indonesia menjadi negara ketiga terbesar dengan tingkat pertumbuhan mencapai 23% atau 24 juta pengguna dalam satu tahun terakhir. Fakta dengan meningkatnya angka pengguna media sosial ini, pada akhirnya telah membawa persaingan baru bagi partai politik dan kandidat dalam Pemilu 2019. Dari keterlibatan media sosial dalam Pemilu tersebut, terlihat bahwa media sosial juga berperan dalam pelaksanaan demokrasi di Indonesia. Selain dalam Pemilu, apresiasi masyarakat dalam media sosial juga memberi perkembangan dalam pelaksanaan demokrasi.

Yang kedua dampak negatif. Akan tetapi, ada beberapa hal yang perlu diwaspadai berkaitan seiring dengan banyaknya aliran informasi yang diterima. Fenomena hoax telah mencemari atau menebar racun dalam pelaksanaan demokrasi saat ini. Filsuf Jerman, Jurgen Habermas, percaya bahwa masyarakat perlu menerapkan apa yang ia sebut sebagai demokrasi deliberatif, yaitu kesempatan kepada banyak pihak untuk menyampaikan pendapat mereka, yang paling berbeda sekalipun, dan kemudian membiarkan masyarakat mengambil keputusan atas informasi yang beragam tersebut. Hoax di sini bukanlah merupakan bagian dari demokrasi karena jika diteropong lewat pendekatan kebebasan memperoleh informasi (freedom of information), masyarakat perlu memiliki informasi yang lengkap dan terbuka untuk mengambil keputusan dalam pelbagai aspek kehidupannya. Hoax ini racun bagi suatu kebebasan memperoleh informasi, sementara kebebasan memperoleh informasi adalah oksigen bagi demokrasi. Dampak negatif dari penggunaan media sosial juga akan merusak prinsip-prinsip yang ada dalam demokrasi Pancasila. Meskipun begitu, peran media tetap penting bagi kelangsungan demokrasi di Indonesia.

Kesimpulan yang dapat di ambil Pertama, media sosial memiliki peran yang penting dalam pelaksanaan demokrasi di Indonesia. Media sosial dapat membuat masyarakat semakin terbuka akan kinerja pemerintah dan mampu menyampaikan pendapatnya melalui media sosial yang semakin mudah diakses oleh seluruh kalangan masyarakat. Kedua, media sosial mempunyai kontribusi yang positif dan negatif. Dalam kontribusi negatif yaitu berkaitan dengan informasi hoax. Agar dapat memberikan kontribusi yang positif maka setiap masyarakat harus menyaring informasi yang didapat atau tidak gampang terbujuk kamuflase berita-berita palsu yang menyesatkan.

Farrel Baswara Natansyah

XI RPL 2 / 16

SMK TELKOM MALANG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun