Mohon tunggu...
Farrel Aribah Qatrunada
Farrel Aribah Qatrunada Mohon Tunggu... Lainnya - Selamat membaca

Suka menulis hal-hal random semoga bermanfaat!!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Lawan Dagang yang Culas hingga Virus yang Mengganas

26 Juni 2021   09:55 Diperbarui: 26 Juni 2021   10:19 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandemi Covid-19 masih belum hilang, segalanya masih belum normal. Berbagai sektor kehidupan terkena dampak karena virus ini, baik sektor pendidikan, pariwisata, ekonomi, dan lain sebagainya. Saat ini kita masih terus berhadapan melawan virus, tidak ada yang tahu kapan pandemi akan berakhir. Sebagai manusia biasa kita hanya bisa terus berikhtiar menerapkan protokol kesehatan di mana pun kita berada dan berdoa selalu meminta perlindungan dari Yang Maha Kuasa. 

Membahas beberapa sektor yang terkena dampak karena pandemi Covid-19 ini, mulai dari sektor pendidikan yang memaksa para anak didiknya untuk belajar di rumah saja. Sektor Pariwisata yang mengalami penurunan akan pengunjungnya karena adanya kebijakan di rumah saja, hingga faktor ekonomi yang membuat para pencari nafkah berpikir lebih untuk memenuhi segala kebutuhan. 

Seperti seorang ibu yang merupakan salah satu penggiat usaha mikro kecil menengah (UMKM), yang berhasil saya temui saat mencari sarapan di dekat rumah saya. Dengan gerobak berwarna cokelat, Ibu tersebut menjual makanan berupa Bubur Ayam khas Cianjur. Saya yang dari semalam ingin memakan bubur ayam, langsung memesan satu porsi dan memakannya di tempat. Tempat jualan yang tidak begitu luas dan berada di pinggir jalan, membuat para pelanggan biasanya hanya membeli untuk di bawa pulang. 

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Saat saya sedang menyantap bubur tersebut, dengan keadaan warung yang sepi pembeli saya bertanya-tanya mengenai bagaimana keadaan usaha saat memasuki pandemi seperti ini. Sebelumnya saya memperkenalkan diri, lalu Ibu tersebut juga memperkenalkan diri dengan menyebut nama yaitu Ibu Yoni. 

Ibu yang diketahui berumur 41 tahun tersebut bercerita, bahwa pendapatan saat ini sangat merosot jauh daripada sebelum adanya pandemi. Saat saya menanyakan berapa presentase berkurangnya pendapatan tersebut, beliau mengatakan bahwa pendapatannya bisa merosot hingga 50%. Jujur saat saya mengetahuinya, saya sangat kaget karena pandemi ini sangat menimbulkan dampak yang besar. Lantas beliau mengatakan "Dulu mbak saya bisa menjual 3kg bubur habis, sekarang masak 1,5kg saja sering tidak habis". 

Menghadapi kemerosotan ini, lantas saya bertanya-tanya kepada beliau bagaimana cara agar bisa bertahan memenuhi segala kebutuhan yang ada. Lantas Ibu tersebut mengatakan "Mbak, kita sebagai manusia harus bisa kreatif kalau jualan bubur saya tidak bisa memenuhi kebutuhan ya berarti saya harus usaha lebih mbak". Saat di tengah bercerita, ada seorang pelanggan lainnya datang untuk membeli bubur ayam tersebut. Dengan kesempatan tersebut, saya meminta izin untuk memotret dua porsi bubur ayam yang tengah disiapkan karena di awal saya lupa untuk memotret satu porsi bubur ayam saya. Berikut saya lampirkan hasil potret Bubur Ayam Cianjur salah satu dagangan milik Ibu Yoni. 

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Setelah melayani pelanggan, Ibu kembali duduk dan menceritakan perjuangannya mencari nafkah di tengah pandemi kepada saya. Beliau mengatakan, usahanya menghadapi ini semua yaitu menambah varian dagangan yaitu nasi kuning dan nasi uduk. Tak hanya itu, beliau mengatakan juga bahwa usahanya tersebut telah didaftarkan di aplikasi go food dan grab food dengan harapan bertambahnya pemasukan. Namun harapannya perlahan pudar karena tidak kunjung mendapatkan pesanan melalui dua aplikasi tersebut. 

Seolah-olah kehidupan berjalan normal seperti biasa, beliau tidak menampilkan raut wajah yang sedih. Lantas saya menanyakan mengapa Ibu masih bisa tersenyum bahagia, meski permasalahan masih terus menghadang. Beliau justru tertawa menertawakan saya "Ya buat apa bersedih mbak, selalu ingat mbak ada Allah kita hidup juga bukan untuk mencari uang terus-menerus tapi untuk beribadah". Seketika saya membenarkan apa yang beliau bilang, saya lantas tersenyum kepada beliau meski mulut saya tertutup masker. Berikut saya lampirkan foto saya bersama dengan beliau yang berhasil di potret dengan bantuan anaknya. 

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Ternyata tak hanya saat pandemi yang membuat omset pendapatan dagang Ibu Yoni berkurang, beliau mengatakan bahwa ada oknum yang membuat lapak dagangnya tidak terlihat. "Dulu mbak sebelum pandemi juga sudah mengalami pengurangan, saya tidak tahu penyebabnya apa. Tapi suatu saat pas mau jualan, ada garam kasar bertebaran di lapak saya mbak tidak hanya garam bunga-bunga sajen dan bahkan bangkai tikus pernah ada mbak" begitu jelasnya. 

Lantas saya bertanya, bagaimana beliau akhirnya tersadar bahwa usaha dagangannya sudah diguna-guna. Beliau pun menjawab jika pada suatu ketika pernah mengganti gerobaknya, karena gerobak yang biasanya digunakan akan ditaruh di tempat lain yang nantinya akan dibuat cabang. Saat berjualan dengan gerobak lainnya, para pembeli langsung berhamburan banyak untuk membeli dagangan beliau. Setelah berjualan beberapa hari menggunakan gerobak tersebut, ada beberapa orang yang bertanya mengapa usahanya sering libur. Ibu Yoni langsung bingung, karena pasalnya beliau terus berjualan dan tidak libur sama sekali bahkan di hari Minggu. 

Seketika beliau tersadar bahwa sudah ada yang tidak beres dengan usaha dagangannya, mengingat di dekat lokasi usaha beliau ada yang berjualan bubur juga. Namun beliau tetap tidak mau berburuk sangka, beliau jalani saja alurnya karena selalu ingat sama Yang Maha Kuasa begitu jelasnya. "Yang penting selalu berdoa meminta kepada Yang Kuasa supaya diberikan kemudahan mbak, di semua perjalanan kehidupan ini" begitu katanya saat saya kelar membayar satu porsi bubur dan berpamitan pulang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun