Mohon tunggu...
Farrel Al
Farrel Al Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Trip

Mahasiswa HKN UM Kunjungi Taman Nasional Baluran dengan Upaya Konservasi Keanekaragaman Hayati dalam Mendukung SDGs 15

19 Oktober 2024   06:20 Diperbarui: 19 Oktober 2024   07:13 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tanggal 14 Oktober 2024, mahasiswa dari Universitas Negeri Malang mengadakan kunjungan ke Taman Nasional Baluran yang terletak di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Kegiatan ini memberikan pengalaman langsung kepada para mahasiswa tentang pentingnya upaya konservasi alam di salah satu kawasan paling ikonik di Indonesia. Dikenal dengan julukan "Little Africa in Java," Baluran menawarkan panorama alam yang unik dengan lanskap sabana yang luas, diapit oleh hutan tropis dan hutan hujan. Pesona ekosistem yang berbeda ini mencerminkan kekayaan alam Indonesia dan pentingnya pelestarian sumber daya alam tersebut untuk generasi mendatang.

Kunjungan ini tak hanya sebatas perjalanan wisata, tetapi juga menjadi bagian dari pembelajaran lapangan yang berfokus pada isu lingkungan global. Mahasiswa diperkenalkan dengan keanekaragaman hayati yang dimiliki Baluran, termasuk satwa-satwa langka seperti kerbau liar (banteng) dan rusa yang kini berada dalam ancaman kepunahan. Dengan melihat langsung kondisi satwa-satwa tersebut, para mahasiswa diharapkan mendapatkan kesadaran lebih mendalam tentang pentingnya konservasi satwa liar di habitat alaminya, yang sekaligus berkontribusi pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 15, khususnya dalam melindungi ekosistem darat.

Taman Nasional Baluran, dengan luasnya yang mencapai lebih dari 25.000 hektar, tidak hanya menjadi rumah bagi flora dan fauna langka, tetapi juga berfungsi sebagai salah satu "paru-paru dunia." Hutan tropis di Baluran memainkan peran penting sebagai penyerap karbon alami, yang membantu mengurangi dampak perubahan iklim global. Melalui proses fotosintesis, tumbuhan-tumbuhan di Baluran mengikat karbon dioksida (CO2) dari atmosfer dan menyimpannya di dalam jaringan tumbuhan, sehingga mengurangi jumlah CO2 yang dapat memicu pemanasan global.

Pesisir Pantai Bama/dokpri
Pesisir Pantai Bama/dokpri

Dengan meningkatnya ancaman perubahan iklim, perlindungan terhadap hutan tropis seperti yang ada di Baluran menjadi semakin krusial. Hutan tidak hanya penting untuk menyerap karbon, tetapi juga untuk menjaga suhu global tetap stabil dan mencegah terjadinya perubahan ekstrem pada pola cuaca. Hilangnya hutan akibat deforestasi atau kebakaran liar akan melepaskan karbon yang tersimpan ke atmosfer, memperburuk krisis iklim. Oleh karena itu, upaya konservasi di Baluran sejalan dengan SDGs 15 yang mengedepankan perlindungan terhadap ekosistem darat untuk memastikan keberlanjutan lingkungan hidup.

Upaya konservasi di Taman Nasional Baluran memberikan kontribusi signifikan terhadap pelestarian keanekaragaman hayati. Melalui program pemantauan satwa liar dan pengelolaan kehutanan, Baluran menjadi model keberhasilan konservasi di Indonesia. Satwa-satwa langka seperti banteng, rusa, dan merak hijau dapat bertahan hidup di habitat aslinya berkat pengelolaan yang berkelanjutan. Keberadaan satwa-satwa ini penting karena mereka memainkan peran dalam menjaga keseimbangan ekosistem sabana dan hutan, yang menjadi karakteristik unik dari Baluran.

Keanekaragaman hayati yang dijaga di Baluran juga berperan dalam mencapai SDGs 15, yang menargetkan pelestarian spesies dan habitat terancam. Dunia internasional semakin menekankan pentingnya konservasi spesies, terutama karena banyak di antaranya menghadapi ancaman serius akibat perburuan liar, perubahan iklim, dan hilangnya habitat. Taman Nasional Baluran dengan keanekaragaman spesiesnya menunjukkan bagaimana perlindungan ekosistem dapat berkontribusi pada pelestarian spesies terancam, sekaligus mempertahankan keseimbangan alam yang berkelanjutan.

Perjalanan menuju savana bekol/dokpri
Perjalanan menuju savana bekol/dokpri

Selain fokus pada konservasi satwa dan ekosistem, Taman Nasional Baluran juga menjadi destinasi utama ekowisata. Wisatawan dari berbagai penjuru datang untuk menikmati keindahan alam serta melihat langsung satwa liar di habitat alaminya. Ekowisata di Baluran tidak hanya menawarkan pengalaman rekreasi, tetapi juga edukasi mengenai pentingnya pelestarian alam. Melalui ekowisata, masyarakat lokal di sekitar Baluran mendapatkan peluang ekonomi baru, seperti menjadi pemandu wisata, pengelola penginapan, atau pengrajin produk lokal, yang semuanya mendukung perekonomian berkelanjutan tanpa merusak lingkungan.

Ekowisata ini juga selaras dengan tujuan SDGs 15 dalam mendukung pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan. Pendekatan wisata yang berkelanjutan membantu menjaga kelestarian hutan dan satwa liar, sekaligus memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal. Dengan konsep ini, Taman Nasional Baluran menjadi contoh bagaimana pariwisata dapat dikelola secara bertanggung jawab, di mana keuntungan ekonomi tidak diperoleh dengan mengorbankan alam, melainkan dengan melindungi dan melestarikannya.

Taman Nasional Baluran juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan sumber daya air di wilayah sekitarnya. Hutan di kawasan ini membantu menyerap air hujan, mencegah terjadinya erosi, dan memastikan aliran air yang stabil ke sungai-sungai di sekitarnya. Fungsi hutan ini sangat penting dalam mengurangi risiko kekeringan selama musim kemarau dan mengendalikan banjir saat musim hujan tiba.

Selain itu, strategi pengelolaan hutan di Baluran juga fokus pada pemantauan dan pencegahan kebakaran hutan, yang menjadi ancaman serius di kawasan tropis. Kebakaran hutan tidak hanya merusak ekosistem, tetapi juga melepaskan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer, memperburuk krisis iklim. Dengan upaya pencegahan yang tepat, seperti patroli rutin dan edukasi kepada masyarakat, Baluran berhasil menjaga kawasan hutan tetap aman dari kebakaran, sehingga memastikan keberlanjutan ekosistem serta kontribusi hutan terhadap keseimbangan iklim global.

Akhir kata, kunjungan mahasiswa Universitas Negeri Malang ke Taman Nasional Baluran menggarisbawahi pentingnya upaya konservasi dalam mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 15, yakni melindungi, memulihkan, dan meningkatkan penggunaan ekosistem darat secara berkelanjutan. Dengan perlindungan terhadap satwa liar, pengelolaan hutan, serta pengembangan ekowisata yang berkelanjutan, Baluran berkontribusi langsung pada pelestarian keanekaragaman hayati dan pengurangan dampak perubahan iklim. Partisipasi masyarakat lokal dalam kegiatan konservasi dan ekowisata juga menunjukkan bahwa upaya perlindungan ekosistem dapat sekaligus mendukung perekonomian tanpa merusak lingkungan. Keberhasilan pengelolaan kawasan ini menjadikan Baluran sebagai model perwujudan sinergi antara konservasi lingkungan dan pembangunan berkelanjutan yang berdampak positif bagi manusia dan alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun