MALANG-Konsep mengajarkan dan membiasakan siswa untuk memiliki sikap toleransi dan kebhinekaan di lingkungan sekolah yang diadakan oleh kelas sejarah PPG Prajabatan Gelombang 2 Universitas Negeri Malang mendapat respons positif dari berbagai pihak.
Dalam sesi sambutan sekaligus membuka acara, Drs. Hariyanto, M.Pd. menyampaikan bahwa kegiatan ini sejalan dengan visi misi sekolah dan pemerintah. Disampaikan juga bahwa pihak sekolah merasa kegiatan seperti ini perlu dilakukan, karena menggambarkan sinkronisasi antara komponen sekolah dan perguruan tinggi.
Mengamati dari susunan acara yang disusun panitia, kegiatan seminar juga tidak hanya mencerminkan sinkronisasi dua komponen sebelumnya. Akan tetapi juga melibatkan komponen lainnya seperti Indonesia LED Consultant. Penyelenggara mengikutsertakan LED sebagai mitra dengan mengundang executive directornya sebagai pemateri.
Pelaksanaan seminar ini juga menghadirkan antusiasme dari kalangan siswa SMAN 2 Malang. Antusiasme peserta didik ini tidak dapat dilepaskan dari kehadiran dua pemateri yang luar biasa. Sebagai pemateri pertama, Wahyu Djoko Sulistyo, S.Pd., M.Pd. mengingatkan pentingnya memandang perbedaan sebagai sebuah anugerah dan bukan sebagai ancaman.
Pemateri pertama juga mengingatkan proses terbentuknya bangsa Indonesia didasari oleh keberagaman. Mulai dari latar belakang geografis, perbedaan bahasa, budaya, suku, ras, agama, dan kepercayaan. Wahyu Djoko Sulistyo, S.Pd., M.Pd. kemudian membagikan tips dalam merawat kebhinekaan.
Adapun tips yang dimaksud adalah mulailah menghargai perbedaan dengan anggota keluarga dan teman di sekitar. Menurut dosen yang pernah menjadi bagian dari Pusat Pengkajian Pancasila Universitas Negeri Malang (LAPASILA UM), menghargai perbedaan dalam lingkup keluarga dan teman adalah langkah paling mendasar untuk merawat kebhinekaan.
Dalam pandangannya, keluarga dan teman adalah orang-orang yang selalu ditemui. Dengan membiasakan diri untuk mengetahui, menghargai, dan menerima perbedaan di kedua lingkungan tersebut maka akan muncul sikap yang disebut sebagai toleransi. Pemateri pertama juga menambahkan bahwa sikap toleransi ini dapat semakin diperkuat dengan kegiatan seperti gotong royong.
Memperkuat materi yang disajikan sebelumnya, Ryan Singgih Prabowo, S.Pd., M.Si dari LED Consultant Indonesia menyatakan bahwa menghargai kebhinekaan dan sikap toleransi dapat mulai dihadirkan dari diri sendiri. Penekanan kepada diri sendiri sebagai titik awal munculnya kebhinekaan dan toleransi ditunjukkan dengan menghadirkan ice breaking di awal pemaparannya.
Menurut Ryan Singgih Prabowo, S.Pd., M.Si. hal-hal baik dapat dimunculkan apabila pikiran dan perasaan seseorang menunjukkan sisi positifnya. Sehingga, ketika di awal penyajian ice breaking dimanfaatkan untuk menghadirkan kesan positif. Tidak hanya itu, pemateri kedua juga berhasil memanfaatkan filosofi homo ludens dengan baik.
Hal ini tercermin dari selama penyajian materi, unsur-unsur menyenangkan selalu disinggung oleh Ryan Singgih Prabowo, S.Pd., M.Si. Sebagai contoh, untuk merawat kebhinekaan dan menghadirkan toleransi seseorang perlu membiasakan diri untuk selalu tersenyum.