Mohon tunggu...
farras brln
farras brln Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa IPB University

Mahasiswa prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB University

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manajemen Keluarga dan Kesejahteraan Keluarga Single Father di Perkotaan

20 November 2023   12:09 Diperbarui: 20 November 2023   12:38 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keluarga didefinisikan dalam berbagai cara. Salah satu definisinya adalah "kelompok sosial mendasar dalam Masyarakat yang biasanya terdiri dari satu atau dua orang tua dan anak-anaknya." Sampai saat ini, ada banyak definisi tentang konsep keluarga, dan semuanya sama yaitu tetap indah dan patut dirayakan.

Siklus hidup keluarga merupakan konsep yang digunakan untuk menggambarkan perubahan dan perkembangan yang dialami oleh sebuah keluarga sepanjang waktu. Siklus ini mencerminkan tahapan-tahapan yang umumnya dialami oleh keluarga mulai dari awal terbentuknya suatu keluarga hingga akhir kehidupan mulai dari perubahan struktur keluarga, dinamika, peran, serta tuntutan fisik dan emosional yang ditemui oleh anggota keluarga seiring berjalannya waktu. Meskipun setiap keluarga memiliki pengalaman yang unik dan berbeda, siklus keluarga ini umumnya dapat dibagi menjadi beberapa tahapan utama. 

Seperti yang dikonsepkan oleh Duvall dan Miller dalam Friedman (1998) bahwa siklus hidup keluarga meliputi delapan tahapan atau biasa disebut dengan Eight-Stage Family, tahapannya yaitu pasangan baru dan belum memiliki anak, keluarga dengan anak pertama, keluarga dengan anak usia pra sekolah, keluarga dengan anak sekolah, keluarga dengan anak usia remaja, keluarga dengan anak usia dewasa, keluarga dengan anak yang sudah mulai menikah, dan keluarga dengan usia lanjut.

Salah satu tipe keluarga adalah keluarga dengan satu orang tua tunggal yang menjadi kepala keluarga dengan anak karena tidak memiliki pasangan lagi yang bisa disebabkan karena perceraian atau meninggal dunia. Keluarga yang hanya memiliki ayah tanpa kehadiran dan dukungan dari ibu disebut Single Father. Selain sebagai kepala keluarga, single father juga berperan dalam mengerjakan urusan rumah tangga dan proses pengasuhan anak. Seorang single father kemungkinan mengalami konflik peran karena banyaknya peran yang harus dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Hal ini membuat single father merasa kesulitan dalam mengasuh anak karena tidak memiliki partner untuk berdiskusi dalam menyelesaikan masalah keluarganya.

Terdapat beberapa masalah dalam menjadi single father baik itu yang berkaitan dengan anak dan keluarga maupun dengan dirinya sendiri. Salah satunya yaitu bagaimana penyesuaian diri serta menerapkan pola asuh yang tepat. Terkhusus jika peran ayah hanya menjadi orang tua tunggal yang akan menjadi suatu tantangan tersendiri dalam fisik dan mental. Penting untuk single father menjaga kesejahteraan fisik dan mental untuk terhindar dari kondisi stres.

Manajemen stres berhubungan erat dengan menjaga kesehatan mental individu, yang melibatkan kemampuan mengendalikan, mengontrol, dan mengelola stres untuk beradaptasi dan menjalani hidup dengan lebih baik, tenang, dan tentram. Seperti yang dikonsepkan oleh Schafer dalam Rahmawati et al. (2021) bahwa manajemen stres merupakan suatu program dalam upaya pengontrolan atau pengaturan stres yang bertujuan untuk lebih siap menghadapi stres dalam kehidupan.

Keluarga dengan ayah tunggal memiliki dampak yang signifikan pada kesejahteraan anak. Penelitian menunjukkan bahwa, meskipun mungkin terdapat tantangan unik yang dihadapi oleh keluarga semacam ini, anak-anak dalam keluarga dengan ayah tunggal dapat mencapai kesejahteraan yang tinggi ketika mereka mendapatkan dukungan emosional dan finansial yang memadai. Keterlibatan yang kuat dari ayah dalam kehidupan anak-anak, terutama dalam hal pendidikan dan perkembangan sosial, dapat memiliki pengaruh positif yang kuat. Selain itu, keluarga dengan ayah tunggal juga dapat memberikan lingkungan yang stabil dan penuh kasih, yang dapat menjadi fondasi yang kokoh bagi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Namun, penting untuk mengakui bahwa setiap situasi adalah unik, dan dukungan tambahan dari masyarakat dan sumber daya komunitas juga sangat penting untuk memastikan kesejahteraan optimal bagi anak-anak dalam keluarga dengan ayah tunggal.

Kesejahteraan dalam keluarga dengan ayah tunggal dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Penting untuk memahami faktor-faktor ini agar dapat memberikan dukungan yang tepat kepada keluarga semacam ini. Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan dalam keluarga dengan ayah tunggal:

  • Dukungan Sosial dan Emosional: Tingkat dukungan dari keluarga dan teman-teman dapat berpengaruh besar pada kesejahteraan keluarga ayah tunggal. Dukungan emosional dapat membantu mengurangi stres dan memberikan rasa aman bagi ayah dan anak-anak.
  • Keuangan dan Sumber Daya: Keuangan adalah faktor penting. Kesejahteraan finansial dapat mempengaruhi akses terhadap fasilitas dan kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, memiliki sumber daya finansial yang memadai dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga.
  • Keterlibatan Ayah dalam Pendidikan dan Pembelajaran Anak: Tingkat keterlibatan ayah dalam pendidikan dan pembelajaran anak dapat mempengaruhi hasil akademik dan perkembangan sosial anak-anak.
  • Kesehatan Emosional Ayah dan Anak-anak: Kesehatan emosional ayah dan anak-anak saling terkait. Kesejahteraan emosional ayah dapat mempengaruhi lingkungan emosional di rumah dan pengaruhnya pada anak-anak.
  • Kualitas Hubungan Antara Ayah dan Anak: Hubungan yang sehat, penuh kasih, dan mendukung antara ayah dan anak dapat berdampak positif pada kesejahteraan psikologis dan emosional anak.
  • Keterampilan Pengasuhan Ayah: Kemampuan ayah dalam memenuhi kebutuhan fisik dan emosional anak-anak serta memecahkan masalah dalam situasi sehari-hari juga mempengaruhi kesejahteraan keluarga.
  • Kesehatan Fisik Ayah dan Anak: Kesehatan fisik merupakan faktor penting. Ayah yang sehat fisik cenderung dapat memberikan perhatian dan dukungan yang lebih baik untuk anak-anak.
  • Fleksibilitas dan Adaptabilitas: Kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan situasi dan memiliki sikap fleksibel terhadap tantangan yang muncul juga mempengaruhi kesejahteraan keluarga.

Keluarga dengan ayah tunggal mungkin menghadapi tantangan unik, dan penting untuk menyediakan strategi dan dukungan yang sesuai untuk membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berikut adalah beberapa strategi dan dukungan yang dapat diberikan kepada keluarga dengan ayah tunggal:

  • Program Bantuan Keuangan dan Sosial: Memberikan informasi tentang program bantuan keuangan dan sosial yang tersedia, seperti bantuan pangan, bantuan kesehatan, dan program subsidi perumahan.
  • Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan Parenting: Menyelenggarakan kelas dan seminar tentang keterampilan pengasuhan yang efektif, termasuk manajemen waktu, keterlibatan emosional, dan strategi komunikasi.
  • Jaringan Dukungan Komunitas: Menghubungkan keluarga dengan sumber daya dan jaringan dukungan di komunitas, seperti kelompok pendukung orang tua tunggal, pusat perawatan anak, dan organisasi masyarakat.
  • Konseling dan Dukungan Emosional: Menyediakan akses ke konselor atau terapis yang dapat membantu dalam mengatasi tantangan emosional atau krisis yang mungkin dihadapi oleh ayah atau anggota keluarga lainnya.
  • Fasilitas Penitipan Anak yang Terjangkau dan Berkualitas: Memberikan informasi tentang pusat penitipan anak yang terjangkau dan terpercaya, sehingga ayah dapat bekerja atau mengatasi kewajiban lainnya dengan tenang.
  • Pemfasilitas Perencanaan dan Manajemen Waktu: Membantu ayah dalam mengembangkan strategi perencanaan dan manajemen waktu yang efektif untuk memastikan bahwa kebutuhan keluarga terpenuhi.
  • Dukungan Pendidikan dan Pengembangan Karir: Memberikan informasi tentang pelatihan atau program pendidikan yang dapat meningkatkan keterampilan dan peluang kerja ayah, sehingga mereka dapat memberikan dukungan finansial yang lebih baik.
  • Akses ke Layanan Kesehatan yang Terjangkau: Memberikan informasi tentang klinik atau layanan kesehatan yang terjangkau dan memberikan akses ke perawatan kesehatan untuk ayah dan anak-anak.
  • Pemberdayaan Ekonomi dan Kewirausahaan: Mendukung ayah dalam memulai usaha kecil atau mengembangkan keterampilan yang memungkinkan mereka untuk memenuhi kebutuhan keluarga dengan lebih baik.
  • Mendorong Keterlibatan Ayah dalam Pendidikan Anak: Memberikan saran dan dukungan untuk meningkatkan keterlibatan ayah dalam pendidikan anak, termasuk partisipasi dalam pertemuan sekolah dan melibatkan diri dalam kegiatan pendidikan anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun