Swedia telah menjadi pemimpin global dalam transisi menuju energi bersih dan berkelanjutan. Fokus kuat pada energi terbarukan dan kebijakan progresif menjadikan Swedia contoh penting bagi negara lain, termasuk Indonesia, dalam mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mengatasi perubahan iklim. Artikel ini mengulas kebijakan energi Swedia, menganalisis faktor politik dan kepentingan yang mempengaruhinya, serta mempertimbangkan dampaknya terhadap pertahanan negara dan kebutuhan militer.
Gambar 1. Distribusi pasokan energi primer Swedia berdasarkan pangsa pada tahun 2017 (Zhong dalam Azmi, Z, et al., 2023)
Penelitian oleh Azmi, Z., Pasma, A. S., Wahyudi, R. R., & Alfarisi, M. A. (2023) menunjukkan bahwa impor biomassa untuk sektor pemanas distrik Swedia meningkat sejak awal 1990-an, terutama untuk pembangkit listrik tenaga panas CHP di kota-kota pesisir. Pada tahun 2000, sekitar 30% dari total penggunaan biomassa, atau 18 PJ, diimpor. Biomassa yang diimpor termasuk pelet kayu, serpihan kayu, minyak tanah, dan limbah kayu, terutama dari Kanada, Amerika Serikat, dan negara-negara Baltik.
Meskipun Swedia memiliki pasokan biomassa yang signifikan di dalam negeri, permintaan yang meningkat membuat mereka mencari sumber daya tambahan dari luar negeri. Ini menunjukkan kesadaran Swedia akan pentingnya diversifikasi pasokan energi dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, serta komitmen mereka terhadap tujuan perubahan iklim global dan pengurangan emisi gas rumah kaca.
Kebijakan impor biomassa Swedia merupakan bagian dari strategi mereka untuk menghadapi tantangan perubahan iklim secara global. Sebagai pemimpin dalam transisi menuju energi bersih, Swedia memberikan contoh bagi negara lain, termasuk Indonesia, dalam memanfaatkan sumber energi terbarukan secara efektif dengan mempertimbangkan faktor politik, ekonomi, dan lingkungan yang mempengaruhi kebijakan energi mereka.
Kebijakan Energi Swedia
Swedia telah mengadopsi berbagai kebijakan progresif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan penggunaan energi terbarukan. Investasi besar-besaran dilakukan dalam pembangkit listrik tenaga angin dan biomassa, serta insentif pajak diberikan untuk mendorong penggunaan mobil listrik. Swedia menetapkan target ambisius: mencapai 50% produksi energi terbarukan pada 2020, sistem transportasi bebas fosil 100% pada 2030, listrik bebas fosil 100% pada 2040, dan nol emisi gas rumah kaca pada 2045 (Kemlu, 2023).
Swedia meningkatkan efisiensi energi melalui program dukungan dan investasi signifikan dalam penelitian teknologi energi bersih. Fasilitas seperti MAX IV dan ESS di Skne mendukung inovasi teknologi bersih. Langkah konkret di sektor industri termasuk audit energi wajib setiap empat tahun untuk perusahaan besar berdasarkan Energy Efficiency Directive (EED) Uni Eropa dan dukungan keuangan untuk efisiensi energi. Pemerintah juga mendukung audit energi di perusahaan kecil dan menengah (SMEs).
Secara keseluruhan, Swedia menunjukkan kepemimpinan dalam menghadapi perubahan iklim melalui kebijakan energi progresif, target ambisius, dan implementasi konkret, memberikan contoh penting bagi negara lain dalam transisi menuju energi bersih dan berkelanjutan.
Analisis Politik dan Kepentingan
Kebijakan energi Swedia tercermin dari konsensus politik yang kuat di negara tersebut, dengan dukungan luas dari berbagai partai politik. Faktor-faktor politik seperti kesadaran akan perubahan iklim, tekanan dari masyarakat sipil, dan kepentingan ekonomi dalam industri energi terbarukan memainkan peran penting dalam pembentukan kebijakan. Selain itu, Swedia juga mengakui pentingnya keamanan energi nasional dan memperhitungkan risiko geopolitik dalam kebijakan energinya.
Dampak terhadap Pertahanan Negara dan Kebutuhan Militer
Kebijakan energi Swedia memiliki dampak yang signifikan pada pertahanan negara dan kebutuhan militer. Dengan mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil, Swedia mengurangi kerentanan terhadap fluktuasi harga dan pasokan energi internasional, yang pada gilirannya dapat memperkuat keamanan energi nasional. Selain itu, dengan mengurangi emisi gas rumah kaca, Swedia membantu mitigasi dampak perubahan iklim yang dapat menyebabkan konflik dan krisis kemanusiaan, yang pada akhirnya dapat mengurangi tekanan pada anggaran pertahanan dan operasional militer.
Referensi
Azmi, Z., Pasma, A. S., Wahyudi, R. R., & Alfarisi, M. A. (2023). Sistem Pembangkit Listrik Biomassa Energi Terbarukan di Swedia. Jurnal Energi Baru dan Terbarukan, 4(3), 257-273. https://doi.org/10.14710/jebt.2023.21060
Energy Policies of IEA Countries - Sweden 2019 Review (https://iea.blob.core.windows.net/assets/abf9ceee-2f8f-46a0-8e3b-78fb93f602b0/Energy_Policies_of_IEA_Countries_Sweden_2019_Review.pdf)
Kementerian Luar Negeri Indonesia. (2023, May 5). Indonesia Dorong Alih Pengetahuan dan Teknologi Clean Tech dari Swedia. kemlu.go.id. Retrieved May 16, 2024, from https://kemlu.go.id/portal/id/read/4686/berita/indonesia-dorong-alih-pengetahuan-dan-teknologi-clean-tech-dari-swedia
World Bank. (2022). "Sweden Energy Sector Overview." Tersedia: [https://www.worldbank.org/en/country/sweden/overview#4](https://www.worldbank.org/en/country/sweden/overview#4)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H