Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari interaksi antar individu maupun kelompok. Proses interaksi yang dilakukan ini seringkali disebut dengan pergaulan yang mana terbagi menjadi pergaulan positif dan negatif. Pergaulan positif dapat berupa kerja sama untuk memperoleh manfaat. Sedangkan pergaulan negatif lebih mengarah kepada perbuatan yang merugikan diri dan orang lain seperti pergaulan bebas.
Pergaulan bebas menjadi hal yang harus dihindari oleh para remaja yang masih labil dan mudah terbujuk. Pada masa kini, pergaulan bebas diikuti oleh kemajuan serta perkembangan teknologi yang semakin pesat dimana akses informasi dan komunikasi semakin mudah. Maka dari itu, perlu adanya pembatasan serta dukungan mental bagi mereka.
Keluarga pada dasarnya adalah tempat sebagai pembentuk kepribadian dan perkembangan anak supaya tidak mudah terjerumus ke dalam sosialisasi yang buruk seperti pergaulan bebas. Maka dari itu, peran sebagai orang tua adalah memperhatikan kegiatan apapun yang dilakukan anak dalam mengenyam pendidikan karena sarana pendidikan merupakan salah satu tempat terjadinya pergaulan bebas. Bahkan, hal ini bisa dikatakan bahwa terjadinya pergaulan bebas kebanyakan berasal dari lingkungan sekolah sehingga perlu diwaspadai dengan memberikan bekal kepada anak supaya berhati-hati dalam berteman.
Melihat pergaulan bebas yang ada, terdapat faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan hal-hal yang berasal dari dalam individu itu sendiri. Dalam kasus pergaulan bebas di kalangan remaja, hal ini dapat berupa dorongan seksual yang merupakan hasil dari perkembangan biologis mereka sendiri, serta motivasi dan rasa penasaran yang dimiliki oleh banyak remaja.
Untuk faktor eksternal dari pergaulan bebas dapat terjadi karena beberapa sebab antara lain, keadaan keluarga yang kurang harmonis, pengaruh lingkungan yang kurang baik, serta pengaruh teknologi dan informasi yang semakin maju seperti kemudahan akses media sosial.
Dari berbagai faktor diatas, pergaulan bebas mampu memberikan dampak pada kesehatan fisik seperti HIV/AIDS maupun kesehatan mental, yakni perubahan mindset atau pola pikir remaja terkait akibat dari kebebasan mereka dalam bergaul. Tidak hanya itu, kehidupan sosial juga berkemungkinan besar terkena dampaknya. Pergaulan bebas dapat mengacu pada pernikahan dini yang secara norma agama telah dilarang dengan keras. Padahal, kita tahu bahwa negara Indonesia ini didominasi oleh umat Islam yang juga melarang adanya pergaulan bebas.
Di luar aspek keagamaan, pelaku pergaulan bebas dipandang rendah oleh masyarakat sekitar dikarenakan dapat mendorong pernikahan dini di mana para remaja masih belum cukup umur dan mental untuk menjalani kehidupan pernikahan. Maka dari itu, perlu adanya wawasan terkait dampak pergaulan bebas kepada para siswa khususnya kalangan remaja.
Dengan kata lain, para remaja saat ini perlu diberikan edukasi mengenai pergaulan bebas dengan intensif untuk mencegah terbentuknya suatu komunitas remaja yang berkonotasi negatif. Peran orang tua dan guru sebagai pendidik merupakan senjata utama dalam mencegah terjadinya pergaulan bebas. Dengan minimnya angka pergaulan bebas dan pernikahan dini pada remaja, maka kehidupan para remaja juga dipastikan menjadi lebih baik dan cenderung dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam hal positif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H