Melihat beberapa waktu ke belakang, dalam waktu yang berdekatan, lebih dari satu momentum besar hadir mewarnai negeri. Momentum yang akan membawa perubahan bagi mereka yang tersadar. Momentum itu adalah momentum tahun baru hijriyah (red: tahun baru islam), momentum pelantikan Presiden RI serta jajarannya sebagai tanda pergantian para pimpinan negeri, dan momentum Hari Sumpah Pemuda. Mari sedikit berefleksi atas tiga momentum ini.
Pertama, momentum tahun baru hijriyah. Tahun baru hijriyah erat kaitannya dengan hijrah. Hijrah adalah momentum bermulanya baginda Rasulullah sallallahu’alaihi wasallam pergi dari Mekkah menuju Madinah untuk membangun suatu tatanan kehidupan yang lebih baik. Hijrah merupakan momentum awal atas tegaknya islam sebagai penuntun menuju peradaban yang terang benderang. Hijrah berarti bergerak. Gelap menjadi terang, buruk menjadi baik, dan penghambat menjadi bermanfaat.
Kedua, momentum pergantian para pimpinan negeri. Kini, para pimpinan berganti, mulai dari eksekutif hingga legislatif. Peralihan pimpinan tentu akan menjadi momentum perubahan bagi negeri dan segala sesuatu yang ada di dalamnya. Entah perubahan menjadi lebih baik, ataupun sebaliknya. Sebagai bagian dari Indonesia, sudah sewajarnya jika kita mengharapkan perubahan dalam kebaikan. Mari bersama-sama saling membantu, saling mendo’akan, dan saling mengingatkan.
Ketiga, momentum sumpah pemuda. Momentum puncak yang tepat sebagai perwujudan bentuk komitmen. Komitmen perbaikan untuk menjadi sebaik-baik pemuda. Pemuda harapan umat dan bangsa. Pemuda hadir sebagai problem solver. Namun, melihat wajah dunia saat ini, banyak dari mereka yang justru menjadi problem itu sendiri. Berlampau-lampau dalam khayalan serta tidak acuh terhadap apa yang terjadi di sekitar. Pemuda seharusnya memiliki gejolak untuk menjadi pendobrak. Pemuda tidak hanya berbicara tentang janji, namun juga merancang visi dan misi yang disertai dengan aksi. Pemuda adalah mereka yang berinsiasi menjadi kontributor, inspirator dan penggerak bagi perubahan dunia.
Seluruh momentum di atas telah tercipta dibalik dedikasi “para pengubah”. Teramat sayang jika membiarkan ketiga momentum besar ini berlalu begitu saja. Ada banyak hikmah yang seharusnya dapat kita ambil dari momentum yang ada. Dalam mencipta momentum diperlukan sinergitas, gerak , dan keinginan yang kuat terhadap perubahan.
Wahai pemuda, mari kita ciptakan kembali momentum peradaban. Momentum yang akan membawa kepada kebaikan.
Wahai pemuda, ketika belum mampu menjadi yang terbaik, setidaknya janganlah memilih untuk menjadi tidak baik. Dalam rangka perbaikan, selama nyawa ada di kandung badan, terlambat bukan jadi masalah. Apabila merasa terlambat, bersyukrulah karena masih ada kesempatan.
Wahai pemuda, ketika merasa masih memiliki kesempatan, TUNGGU APA LAGI? Mari ciptakan momentum peradaban. Dimulai dari diri sendiri, dimulai dari hal yang kecil, dan dimulai dari sekarang!
Muhammad Farras Muhadzdzib
Mahasiswa Manajemen, Institut Pertanian Bogor
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H