Mohon tunggu...
Muhammad Farouq Al Bashir
Muhammad Farouq Al Bashir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Semangat!

Semangat!!!!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masih Bertahan di Tengah Pandemi, Inilah Kisah Pak Aam Si Penjual Gulali

10 Desember 2021   00:30 Diperbarui: 10 Desember 2021   00:44 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Aam sedang membuat gulali (8/12)-dokpri

Di tengah pandemi saat ini, Pak Aam Suryana atau yang biasa di kenal Pak Aam masih berjualan gulali. Tepatnya di pinggiran jalan Malioboro yang tengah ramai oleh wisatawan, Pak Aam (45) tetap berjualan. Dengan wajan kecil yang ia letakkan digerobaknya. Setiap hari ia memikul gerobak tersebut untuk berjualan disana.

Pak Aam mengatakan di tengah pandemi saat ini harus tetap berjualan demi menghidupi keluarganya. Perbedaan ketika pandemi dan tidak pandemi saat dirasakan oleh pak Aam dikarenakan yang biasanya pendapatannya berkurang setengah. Tetapi hal itu tetap disyukuri oleh pak Aam.

Lalu ia juga mengatakan tidak bisa pulang ke kampung halamannya di garut karena Covid-19. Hal inilah yang menyebabkan pak Aam harus tetap berjualan gulali walaupun di tengah maraknya kasus Covid-19 kemarin.

"Nah mendingan kalo udah mereda gini mah, ga terlalu resah gitu. Kalo kemarin-kemarin ya Allah, hutang numpuk nyampe 7 juta. Kalo ga punya keluarga sodara, walah suka bingung. Cuma ya Alhamdulillah. Tapi ya punya sodara, ngerti gitu keadaan jualannya kaya gini." Kata Pak Aam pedagang gulali.

Selain pandemi yang dihadapi oleh Pak Aam sebagai pedagang gulali, ada petugas yang selalu berpatroli untuk mengamankan dan membubarkan para pedagang. Pak Aam mengatakan jika petugas itu sudah mulai berdatangan, ia langsung pergi dan kembali lagi ketempat berjualannya.

Selanjutnya, Pak Aam mulai memanaskan gulalinya dan mengaduk gulali yang diwajan. 2 warna yang tersedia yaitu merah dan coklat khas gula jawa, ia aduk agar tidak menjadi keras. Setelah itu, ia ambil dari masing-masing warna untuk dijadikan bentuk bentuk yang unik, seperti bunga, hati, kupu-kupu, dan lain-lain.  Lalu, ia bungkus dengan plastik agar higienis.

Pak Aam memilih tempat jualan di pinggiran Jalan Malioboro karena disitu ramai pengunjung dari luar Yogyakarta. Ia senang melakukan pekerjaannya karena bisa membuat ia dan orang banyak merasakan masa kecil kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun